Liputan6.com, Havana - Kelompok pemberontak sayap kiri utama di Kolombia, FARC memerintahkan semua anggotanya untuk mengamati gencatan senjata yang dilakukan dengan pemerintah. Aktivitas itu dimulai dari Senin tengah malam waktu setempat.
Gencatan senjata itu membawa ke akhir perang kedua kubu -- pemerintah Kolombia dan FARC -- yang berlangsung selama 52 tahun. Salah satu pemberontakan terlama di dunia, setelah empat tahun perundingan damai di Kuba.
Advertisement
Perjanjian perdamaian akhir itu akan ditandatangani dalam beberapa minggu ke depan.
Pemimpin FARC, Rodrigo Londono yang dikenal sebagai Timoleon Jimenez atau Timochenko sudah memberi perintah untuk berhenti menembak.
"Saya berpesan kepada semua komandan dan unit masing-masing anggota kami untuk melakukan gencatan senjata dan mengakhiri permusuhan terhadap negara Kolombia dari tengah malam ini," kata Timochenko seperti dikutip dari BBC, Senin (29/8/2016).
Presiden Kolombia, Juan Manuel Santos sebelumnya juga telah menandatangani sebuah dekrit untuk menghentikan operasi militer terhadap FARC, yang isinya terkait gencatan senjata dari tengah malam itu.
"Akhir dari konflik telah tiba!" kata Presiden Santos dalam postingan Twitter miliknya pada Jumat 28 Agustus.
Pengumuman FARC untuk gencatan senjata total adalah murni prosedural. Di sisi lain, itu adalah momen bersejarah menuju perdamaian yang abadi.
Disebut prosedural karena gencatan senjata bilateral telah disetujui sebelumnya, dan telah berdampak selama beberapa bulan. Meski gencatan senjata definitif ini seharusnya mulai berlaku, setelah perjanjian damai akhir ditandatangani oleh Presiden Santos dan pemimpin FARC, Timoleon Jimenez -- sebuah acara yang diperkirakan terjadi di Cartagena pada akhir September.
Hal itu sebagai itikad baik dari kedua belah pihak.
Perdamaian kedua kubu di Kolombia setelah konflik selama 52 tahun menjadi momen bersejarah. Hal itu sangat penting untuk proses perdamaian Kolombia.
Konflik terlama di Amerika Selatan itu telah menewaskan sekitar 260.000 orang dan jutaan orang mengungsi.
Mungkin yang lebih penting adalah apa langkah berikutnya: referendum pada kesepakatan di awal Oktober. Hal itu yang akan memutuskan nasib ke depan atas negosiasi di Havana dan politik di masa depan dari kedua pihak antara Presiden Santos dan FARC.
Sebuah perjanjian damai itu diumumkan pada hari Rabu 25 Agustus di Havana. Pemberontak FARC akan meratifikasi perjanjian tersebut pada September mendatang, dan referendum perjanjian Kolombia akan dilakukan pada 2 Oktober.
Menurut ketentuan perjanjian, FARC (singkatan dari bahasa Spanyol untuk Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia) akan menghentikan aksi bersenjata mereka dan bergabung dengan proses hukum politik.