Benarkah Komoditas Tembakau Membawa Kemakmuran?

Tembakau atau disebut “emas hijau” merupakan komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

oleh Liputan6 pada 29 Agu 2016, 10:34 WIB
Tembakau atau disebut “emas hijau” merupakan komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia dikenal sebagai salah satu surga tembakau. Aroma dan rasanya yang khas membuat tanaman ini digemari banyak orang. Tembakau atau disebut “emas hijau” umumnya hidup di daerah daratan menengah, yaitu tidak pegunungan dan tidak dekat di laut. Daerah penghasil tembakau terkonsentrasi di tiga provinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Barat. Sebagian kecil sisanya tersebar di Sumatera dan Jawa Barat.

Komoditi tembakau memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Maka tidak heran jika dari daun tembakau yang kemudian diolah menjadi rokok atau cerutu ini, banyak daerah menjadi makmur.

Ambil contoh kota Kediri Jawa Timur, dimana dalam lima tahun terakhir industri pengolahan yang didominasi industri tembakau menopang 80% pertumbuhan produk domestik bruto regional (PDRB).

Struktur ekonomi yang ditopang industri tembakau tersebut berdampak terhadap peningkatan PDB per kapita masyarakat Kediri. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2014, menyebutkan PDB per kapita Kediri menjadi sebesar Rp315 juta atau naik dari tahun sebelumnya Rp289 juta. Hal ini menunjukkan industri tembakau turut berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kondisi serupa terjadi di Kabupaten Kudus Jawa Tengah. Pada 2014, PDRB Kudus sebesar Rp46 triliun. Sedangkan PDRB per kapita sebesar Rp92 juta. Dari nilai PDRB tersebut, 90%-nya disumbang oleh industri pengolahan yang sebagian besar berupa pengolahan tembakau. Hal ini menunjukkan bahwa bisnis tembakau berkontribusi signifikan dalam mendorong roda perekonomian di Kudus.

Selain mendatangkan kemakmuran bagi daerah industri pengolah tembakau, daerah penghasil tembakau pun turut sejahtera. Seperti yang terjadi pada petani tembakau di Temanggung Jawa Tengah. Daerah dataran tinggi dengan letak geografis yang membentang dari lereng Gunung Sumbing sampai Gunung Sindoro ini terkenal dengan tembakau srintil. Luas lahan tembakau di kabupaten Temanggung sebesar 12 ribuan hektar dengan rata-rata kapasitas produksi 7.000 ton per tahun.

Dampak tembakau juga dirasakan masyarakat Deli Serdang Sumatera Utara. Selama ini, tembakau Deli sudah kondang dengan cita rasa tinggi yang konon menyamai cerutu Kuba. Tembakau ini dihasilkan di daerah Klambir Lima Kecamatan Hamparan Perak. Karena cukup menjanjikan, pendapatan masyarakat di daerah ini tergantung dari bisnis tembakau.

Bisnis tembakau juga berdampak positif terhadap perekonomian Kabupaten Pamekasan Madura. Luas lahan tembakau di Pamekasan mencapai 31 ribu hektar yang tersebar di 13 kecamatan. Data BPS menyebutkan, hasil pertanian tembakau ikut mendorong pertumbuhan ekspor di kisaran 20%. Selain untuk ekspor, tembakau Madura juga diserap oleh pabrik rokok sebagai bahan baku utama rokok maupun sebagai racikan atau campuran kretek.

Dengan penjelasan seperti tersebut di atas, membuktikan bahwa bisnis tembakau berdampak positif dalam mendorong roda perekonomian daerah. Bukankah dengan kemajuan daerah, baik pengolah maupun produsen tembakau ikut membantu ketahanan ekonomi nasional.

 

(Adv)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya