Liputan6.com, Serang - Masih ingat dengan Arnah Destiani, bayi berusia 18 bulan yang ditemukan sisik pada mulutnya karena memakan ular? Kini, orangtua sang bayi membutuhkan biaya pengobatan untuk menyembuhkan anak mereka.
"Buat makan juga susah, apalagi berobat. Suami enggak jelas kerjanya, seringnya sih buruh tani," kata Arsanah, ibu bayi Arnah, saat ditemui di rumah berukuran 3x3 meter di Kampung Linduk, Desa Linduk, Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang, Banten, Senin (29/8/2016).
Anak pasangan Radi alias Ahong (37) dan Arnasah (31) itu sekitar 10 hari lalu telah dibawa untuk berobat ke RSUD Dradjat Prawiranegara Serang atas kebaikan seorang dokter bernama Mira. Menurut penuturan dokter, bayi pemakan ular itu menderita gangguan pernapasan dan diare.
Baca Juga
Advertisement
"Tidak ada hubungannya penyakit bayi itu dengan akibat kemasukan ular. Ke saya tidak pernah cerita bayi itu kemasukan ular. Dan perlu ditegaskan kembali, bahwa penyakitnya tidak ada kaitannya dengan kemasukan ular," kata Mira, saat dikonfirmasi melalui telepon seluler.
Mira menyatakan, kemungkinan bayi Arnah sakit disebabkan kondisi lingkungan tempat tinggal yang tidak memadai. Di dalam rumah itu, selain kesulitan mendapatkan makanan bergizi, kebersihan lingkungan juga tidak terjaga.
"Sakit yang dialami bayi Arnah sekarang ini karena gangguan saluran pernapasan, bukan karena kemasukan ular. Tinggal di pinggir sawah dan sungai kecil yang kotor, serta di pinggir jalan raya. Akibatnya saluran pernapasannya terganggu," tutur dia.
Dokter Mira menerangkan, saat ini yang dibutuhkan oleh keluarga bayi Arnah adalah pendampingan kesehatan dan biaya transportasi untuk berobat ke rumah sakit karena kondisi ekonominya di bawah rata-rata.
"Lurah, kader, puskesmas, dan pihak rumah sakit pun melayaninya dengan baik," ucap Mira.