Liputan6.com, Berlin - Menteri Ekonomi Jerman dan sekaligus wakil penasihat kanselir, mengacungkan jari tengahnya ke sekelompok pengunjuk rasa sayap kanan pada awal bulan ini. Ia berdalih, aksinya adalah untuk membela diri.
Kendati demikian, Sigmar Gabriel, merasa menyesal telah melakukan itu.
Advertisement
"Saya menyesal karena melakukannya dengan satu tangan, itu kesalahan saya. Seharusnya dengan dua tangan saya," kata tangan kanan Angela Markel itu seperti dilansir dari BBC, Senin (29/8/2016).
Gabriel mengatakan aksinya itu wajib ia lakukan setelah menghadapi 12 orang pemuda agresif penuh kata-kata kotor dan serta siap melakukan kekerasan atas nama Nazi.
"Mereka yang mengkritik saya harus berpikir apa yang yang mereka lakukan kalau menghadapi 12 orang pemuda macam mereka. Yang dengan kata-kata kotor ingin melakukan kekerasan atas nama Nazi."
Kala itu, Gabriel tengah beradu pendapat dengan kelompok sayap kanan di Jerman utara. Mereka memanggil Gabriel sebagai pengkhianat dan mengatakan bahwa ayahnya memiliki masa lalu Nazi.
Gabriel sebelumnya memang sudah jujur kepada publik bahwa ayahnya, Walter Gabriel, adalah pendukung Hitler. Walter menolak apa itu holocaust hingga kematiannya pada 2012.
Gabriel mengetahui kelakuan ayahnya pada usia 18 tahun dan memutuskan untuk mengurangi kontak dengannya.
Dalam insiden jari tengah itu, diawali dengan cemoohan para pengunjuk rasa.
"Bapak Anda mencintai negeri ini dan apa yang sudah Anda lakukan? Anda menghancurkannya!"
Saat itulah, Gabriel mengacukan jari tengah lalu balik badan tak menghiraukan mereka.
Sementara itu, partai Gabriel, Social Democratic Party (SPD) mengatakan aksinya hanyalah sebuah aksi emosi.
"Tentu saja Sigmar Gabriel tidak mengganggap bahasa isyarat itu sebagai bentuk pantas dalam berkomunikasi, namun komunikasi saja tidak cukup saat menghadapi kelompok neo-nazi yang siap menggunakan kekerasan," tulis pernyataan SPD seperti dilansir dari The Independent.
Menurut media lokal, setelah insiden itu, Gabriel mengundang para pengunjuk rasa untuk berdiskusi tentang masalah kepercayaan itu. Asal, mereka mau membuka topeng selama dialog. Namun kelompok itu menolak datang.
Gabriel adalah orang yang paling mendukung sikap lunak Markel terkait imigrasi. Namun ia tetap mengkritik karena kebijakan buka pintu itu.
"Saya selalu bilang kepadanya, sangat tidak mungkin warga Jerman mampu membuka pintu bagi jutaan orang tiap tahunnya," kata Gabriel kepada radio ZDF.
Demo anti-imigrasi makin meningkat di Jerman. Bahkan di tahun 2015, unjuk rasa ultra sayap kanan Neo Nazi nyaris berubah jadi konflik.