Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan tengah mencari sumber pendanaan untuk membangun pabrik dan pengembangan bahan baku obat di Indonesia. Pasalnya, tak ada pagu anggaran bagi proyek pengembangan industri farmasi Tanah Air ini di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Kemenperin, Achmad Sigit Dwiwahjono mengungkapkan pemerintah bertugas mengamankan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah.
Advertisement
"Jadi kita ingin bisa produksi bahan baku obat, seperti paracetamol, vaksin, antibiotik, termasuk obat kanker," ujar Sigit saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (29/8/2016).
Sayangnya pengembangan industri farmasi Tanah Air terganjal masalah pendanaan. Menurut Sigit, tak ada alokasi anggaran untuk investasi pabrik bahan baku obat yang ditaksir mencapai Rp 200 miliar, baik di Kemenperin, Kementerian Kesehatan maupun Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Kebutuhan anggaran untuk (produksi) obat kanker termasuk ada paracetamol dan lainnya, sebesar Rp 200 miliar. Tapi tidak ada anggarannya di Kemenperin, Kemenkes dan Kementerian BUMN, padahal dalam roadmap harus ada anggarannya tahun ini," jelasnya.
Saat ini, ia bilang, Kemenperin masih mencari pendanaan untuk kebutuhan vital ini supaya Indonesia bisa mengurangi ketergantungan 90 persen impor bahan baku obat.
"Sekarang ini lagi cari anggarannya, apalagi anggaran dipotong semua. Sudah ada inisiasi produksi bahan baku paracetamol dengan PT Kimia Farma Tbk dan Universitas Gadjah Mada (UGM)," kata Sigit.
Pemerintah, sambungnya, tengah berupaya mendorong investasi bahan baku obat di dalam negeri. Pemerintah telah membuka pintu bagi asing untuk masuk berinvestasi di sektor farmasi, seperti membangun pabrik bahan baku obat.
"Insentif juga sedang dibahas supaya lebih cepat, juga untuk kelancaran bahan baku impor agar tidak terhalang apakah relaksasi bea masuk atau lainnya," papar Sigit.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek menambakan, pihaknya mendorong pengembangan industri farmasi di Tanah Air guna menuju kemandirian farmasi.
"Kita sudah buka asing untuk investasi bahan baku kimia dan farmasi. Kita harus mengembangkan industri farmasi join dengan asing, kalau tidak kita tidak punya apa-apa," terang dia.