Liputan6.com, Roma - Otoritas Italia harus memastikan bahwa proses rekonstruksi pasca-gempa berkekuatan 6,2 skala Richter (SR) yang melanda Italia tengah tak melibatkan campur tangan mafia. Hal itu dinyatakan oleh Franco Roberti, kepala direktorat anti-mafia nasional.
Seperti dilansir dari The Guardian (29/8/2016), Franco mengingatkan kembali peristiwa gempa di Irpinia --di dekat Naples-- yang terjadi pada 1980 silam di mana musibah ini menewaskan lebih dari 2.400 orang. Mafia diketahui ikut campur dalam proses rekonstruksi pasca-gempa kala itu.
Advertisement
"Risiko infiltrasi atau campur tangan selalu tinggi. Rekonstruksi pasca-gempa adalah sepotong 'kue lezat' bagi organisasi kriminal dan kepentingan bisnis," ujar Roberti kepada La Repubblica seperti dilansir dari The Guardian.
Jaksa itu juga mengingatkan bahwa kesalahan konstruksi yang dilakukan mafia Camorra di Naples memainkan peran penting yang menyebabkan kehancuran dan kematian di Irpinia.
Kelompok mafia Calabria atau Ndrangheta juga diduga melakukan infiltrasi dalam proses rekonstruksi pasca-gempa L'Aquila pada 2009.
Seorang pengusaha lokal, Stefano Biasini dan dua orang lainnya bahkan diadili karena dituduh membantu organisasi kriminal itu mendapatkan kontrak terkait proyek pembangunan kembali sejumlah gedung yang runtuh.
Laporan terbaru menyebutkan, korban tewas akibat lindu berkekuatan 6,2 skala Richter yang mengguncang kawasan Italia tengah mencapai 290. Sementara itu, lebih dari 2.600 orang kehilangan tempat tinggal dan terpaksa hidup di bawah tenda-tenda darurat.
Terdapat lebih dari 1.820 gempa susulan yang terjadi sejak lindu utama pada Rabu 24 Agustus pagi. Kota Montereale yang terletak kurang dari 32 km dari Amatrice dan sebelumnya juga terkena dampak gempa L'Aquila juga menderita kerusakan.
Terkait tingginya jumlah korban tewas, hakim Italia pun membuka penyelidikan demi menelusuri dugaan sejumlah perusahaan mengabaikan aturan anti-seismik ketika membangun bangunan umum seperti sekolah. Pasalnya, sebuah sekolah di Amatrice runtuh akibat gempa yang terjadi pada Rabu lalu.
"Semua orang berpendapat bahwa tragedi seperti itu bukan hanya urusan takdir. Tugas kita untuk memverifikasi apakah ada tanggung jawab, kesalahan manusia di dalamnya," tegas Kepala Kejaksaan di ibu kota Rieti di utara Roma, Giuseppe Saieva yang memimpin penyelidikan.
Lindu di Italia tengah kali ini disebut yang terhebat sejak gempa L'Aquila pada 2009 yang menelan korban tewas sekitar 235 orang. Pemerintah Italia pun menetapkan hari berkabung nasional pada Sabtu 27 Agustus lalu.
Sementara itu di Ascoli Piceno, sebuah pemakaman massal yang sangat emosional dilakukan bagi puluhan korban tewas. Presiden Italia, Sergio Mattarella dan Perdana Menteri Matteo Renzi turut hadir dalam momen penuh haru tersebut.