Liputan6.com, Jakarta - Kepolisian terus mendalami motif IAH nekat melakukan percobaan bom bunuh diri di Gereja Katolik Stasi Santo Yoseph, Medan, Sumatera Utara pada Minggu 28 Agustus 2016.
Penyidikan polisi mengarah pada dugaan adanya pelaku lain yang menjadi otak di balik serangan tersebut.Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Polisi Agus Rianto mengatakan, dugaan sementara pelaku nekat melakukan teror itu lantaran dijanjikan uang sebesar Rp 10 juta oleh seseorang.
Advertisement
"Informasi yang ada sebagaimana yang saya kemukakan terkait dengan iming-iming anggaran dan dana Rp 10 juta. Kalau kamu mau uang, kamu lakukan ini. Oke saya mau, saya akan lakukan," kata Agus di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Senin (29/8/2016).
Namun, lanjut dia, IAH mengaku belum menerima uang Rp 10 juta tersebut. Hanya baru dijanjikan.
"Uangnya belum diterima, tapi yang bersangkutan sudah terkena masalah," ucap Agus.
Menurut dia, IAH mengaku sempat bertemu dengan orang yang menjanjikan uang Rp 10 juta tersebut pada Kamis 25 Agustus 2016. Setelah itu, keduanya intens berkomunikasi merencanakan teror di Medan.
Kemudian, IAH langsung melaksanakan apa yang diarahkan orang tersebut untuk membeli alat-alat. Peralatan itulah yang digunakan untuk meledakkan gereja. Bahkan tersangka juga diberikan material berupa black powder.
"Menurut keterangan si tersangka IAH, dia mulai dari membeli korek api, menyambung dengan kabel bagaimana korek dijadikan satu kesatuan. Ada material yang diberikan orang tersebut, yakni satu kantong black powder yang sedang diperiksa intensif. Kita perkirakan black powder yang diberikan kepada si IAH ini dicampur dengan korek api sebagai amunisi bahan peledak," tandas Agus.