Liputan6.com, Jakarta - Kepala Pusat Data dan Informasi Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, kebakaran lahan dan hutan di Indonesia jika dibandingkan dengan tahun lalu, menurun drastis hingga 61 persen. Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan itu.
"Penurunan karena upaya pemerintah jauh lebih baik. Dua, karena faktor alam. Tidak ada El Nino karena saat ini kemarau basah. Jadi ada dua faktor itu," tutur Sutopo di Kantor BNPB, Jalan Pramuka Raya, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (29/8/2016).
Advertisement
Untuk tahun ini, dia mengklaim pemerintah sangat gencar dalam mengantisipasi titik api. Pemerintah daerah pun telah memiliki kesadaran tinggi dalam upaya penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan, khususnya daerah yang menjadi langganan bencana tersebut.
"Enam provinsi sudah menyatakan siaga kebakaran hutan. Riau pada 1 Maret sampai 30 November. Jambi 27 Juli sampai 14 Oktober. Kalimantan Barat 1 juni sampai 1 September. Kalimantan Tengah 11 Juli sampai 14 Oktober. Kalimantan Selatan 15 Agustus sampai 15 November. Yang belum Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Tahun lalu itu sulit sekali meminta pemda siaga darurat kebakaran," beber Sutopo.
Pemerintah pun telah menggalakkan berbagai cara antisipasi bencana kebakaran hutan. Termasuk pengerahan Satgas Gabungan Penanggulangan Bencana yang terdiri dari 7.000 personel gabungan TNI, Polri, masyarakat peduli api, relawan, dan instansi terkait lainnya.
"Kita juga siaga operasi pemadaman udara dengan waterbombing, teknologi modifikasi cuaca, dan penempatan ground mist generator di bandara. Kemudian operasi penegakan hukum dengan sosialisasi. Ditambah peningkatan perawatan dan pelayanan kesehatan sekaligus pemberdayaan masyarakat," terang dia.
Kemudian, faktor alam juga diklaim sangat mendukung upaya pemerintah dalam penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Tanah Air. Adanya anomali cuaca La Nina menyebabkan curah hujan meninggi hingga awal 2017 mendatang.
"Kondisi alam pun mendukung kita mengatasi kebakaran. La Nina akan menguat pada September atau Oktober nanti. Otomatis curah hujan meningkat," ungkap Sutopo.
Sementara untuk tahun ini, terpantau masih tersisa 138 titik api lagi yang ada di Indonesia dan masih dalam upaya penanganan. Sementara dari jumlah tersebut, 85 titik api di antaranya berada di Riau.
"Sebaran hotspot dari 85 titik api, 71 berada di Rokan Ilir. Ini yang menyebabkan tanggal 28 kemarin, asap terbawa angin dan masuk Selat Malaka dan Singapura. Namun kualitas udara di sana (Singapura) masih baik," pungkas Sutopo.