Liputan6.com, Brebes - Wasri (31), tenaga kerja Indonesia (TKI), warga Desa Kluwut RT 3 RW 10 Bulakamba, Brebes, Jawa Tengah, meninggal setelah bekerja di Malaysia selama 2,5 tahun. Kematian Wasri disampaikan oleh agen penyalur bernama Alan yang diketahui sempat tinggal di Brebes.
Mulai jenazah diserahterimakan petugas bandara hingga dikebumikan, sosok Alan tidak pernah muncul. Keluarga Wasri kini mencari keberadaan lelaki tersebut karena sejumlah hak Wasri berupa gaji sekian tahun bekerja di Malaysia belum juga dibayarkan oleh si agen.
"Sebelum kabar informasi Wasri meninggal dunia, dia tinggal di Brebes. Tapi kok sekarang sudah pergi dari sini? Informasinya dia pergi ke Jakarta. Saya curiga dia kabur dan tidak bertanggung jawab terkait pemenuhan hak-hak Wasri," kata Tarlan (31), kerabat Wasri saat ditemui di rumah duka, Selasa, 30 Agustus 2016.
Tarlan curiga jika jalur pemberangkatan Wasri menjadi TKI ke luar negeri tidak melalui agen resmi dan melalui calo yang langsung berkoordinasi dengan penyalurnya di Malaysia. Sampai saat ini, aku Tarlan, keluarga tidak mengetahui PJTKI yang memberangkatkan Wasri.
"Keluarga hanya tahu dibawa ke Malaysia melalui agen perorangan bernama Alan. Kemudian berangkat melalui Bandung, Jabar, dan bertolak ke Malaysia. Di sana sudah ada agen lagi penyalurnya yang sudah bekerja sama dengan Alan. Mereka berdua masih kerabat satu sama lain," tutur dia.
Baca Juga
Advertisement
Keluarga berharap pemerintah membantu keluarga Wasri mendapatkan hak-hak yang seharusnya dipenuhi oleh agen penyalurnya.
"Informasi dari agen penyalurnya melalui lisan, katanya hak-hak gaji ada yang belum dibayarkan. Jumlahnya kalau dirupiahkan sekitar Rp 7 juta. Kalau memang resmi harusnya juga dapat asuransi, tapi nyatanya nggak dapat sama sekali," imbuh dia.
Selama Wasri bekerja di Malaysia selama 2,5 tahun, ia hanya dua kali mengirimkan uang kepada keluarganya di Brebes, Jateng. Pertama sebesar Rp 2,5 juta dan pengiriman kedua sebesar Rp 7,5 juta.
"Dua kali pengiriman uang di tahun awal bekerja di Malaysia. Di tahun kedua dan ketiga, Wasri tidak pernah mengirim uang lagi kepada keluarga," kata ibu Wasri, Darti.
Wasri meninggalkan empat orang anak. Anak pertamanya bernama Diana (15) tidak melanjutkan sekolah dan harus membantu keluarga bekerja di Jakarta. Yang kedua bernama Wirningsih (12) kelas 6 SD, berikutnya Ayu Wulandari (10) kelas 4 SD, dan terakhir Riyadi (4) masih balita.