Liputan6.com, Jakarta- Natrium klorida, atau garam meja merupakan persediaan natrium elektrolit untuk tubuh Anda. Mineral ini sangat penting untuk menjaga keseimbangan cairan dalam sel, lalu kontraksi pada otot dan juga untuk transmisi impuls saraf.
Selain itu, garam juga memainkan peran penting dalam membantu sistem pencernaan memproses penyerapan nutrisi. Meskipun Anda membutuhkan asupan natrium dalam kadar yang signifikan setiap hari yaitu sekitar 1.500 miligram, atau jumlah yang terkandung dalam 3 gram garam - kebanyakan orang mengonsumsi lebih dari kebutuhannya.
Advertisement
Banyak orang mengatakan bahwa garam yang dikonsumsi dengan kadar melampaui kebutuhan asupan tubuh memiliki efek samping yang merugikan kesehatan secara keseluruhan. Apakah betul seserius itu?
Melansir laman Harvard.edu, Kamis (1/9/2016), jawaban yang sederhana adalah betul. Garam kerap kali diasosiasikan dengan tekanan darah tinggi. Mengapa? karena garam adalah pemicu utamanya.
Menurut statistik, sekitar 50 sampai 70 juta orang di AS memiliki hipertensi, dan mereka semua terpapar oleh menu yang tinggi akan kandungan garam.
Masalahnya adalah, garam sangat lezat, sama halnya dengan gula. Kombinasi garam, gula dan lemak jika dijadikan satu dalam suatu masakan tentunya akan menjadi sangat lezat.
Meski tidak sehat, tidak dapat dipungkiri bahwa kebanyakan orang di era masa kini mengonsumsi garam, gula dan lainnya dengan kadar melampaui batas.
Hipertensi
Tekanan darah tinggi merupakan penyebab utama dari penyakit kardiovaskular. Penyakit ini menyumbang dua-pertiga dari semua serangan stroke dan setengah dari penyakit jantung. Di Cina, tekanan darah tinggi adalah penyebab utama kematian, bertanggung jawab atas kematian lebih dari satu juta jiwa per tahunnya.
Sebuah penelitian terbaru di Archives of Internal Medicine membuktikan bahwa diet tinggi garam memiliki efek negatif pada kesehatan, dan justru mengungkap:
Orang yang makan natrium lebih tinggi, diet kalium rendah memiliki risiko lebih tinggi untuk meninggal akibat serangan jantung.
Orang bisa membuat perubahan diet untuk membantu menurunkan risiko mereka: Yaitu dengan makan lebih banyak sayuran segar dan buah-buahan, yang secara alami tinggi kalium dan rendah sodium. Sebaliknya dengan menghindari roti, keju, dan daging olahan, serta makanan olahan yang tinggi sodium.