Liputan6.com, New York - Harga minyak tertekan pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Faktor yang menekan harga minyak adalah munculnya ketidakpastian apakah para produsen utama minyak akan menyetujui usulan pengendalian produksi dan juga adanya ekspektasi kenaikan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat (AS).
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (31/8/2016), harga minyak AS untuk pengiriman Oktober turun 63 sen atau 1,3 persen ke angka US$ 46,35 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak Brent yang merupakan patokan global, turun 89 sen atau 1,8 persen ke level US$ 48,37 per barel di ICE Futures Europe.
Negara-negara yang tergabung sebagai eksportir minyak (OPEC) telah mengumumkan akan mengadakan pertemuan pada September mendatang. Pertemuan tersebut untuk membahas tindakan untuk menaikkan harga minyak. Dua tahun lalu, harga minyak memang sempat menyentuh angka US$ 100 per barel.
Baca Juga
Advertisement
Negara-negara yang tergabung dalam OPEC sebenarnya telah mengadakan pertemuan juga pada April lalu. Namun pada pertemuan tersebut tidak mendapatkan kesimpulan sehingga harga minyak terus tertekan di kisaran US$ 40 per barel.
Bloomberg menyebutkan bahwa Wakil Menteri Iran mengatakan dalam sebuah konferensi bahwa negara tersebut berencana untuk meningkatkan pasokan atau produksi minyak sebesar 200 ribu barel per hari pada akhir tahun ini.
Iran yang merupakan salah satu negara di luar OPEC memang terus mengatakan akan meningkatkan produksi setelah negara tersebut lepas dari sanksi embargo internasional.
Keengganan Iran untuk mengendalikan produksi ini telah menggagalkan langkah pembicaraan OPEC pada April lalu dan juga ada kemungkinan besar bakal juga menggagalkan kemungkinan pembicaraan pada September nanti.
Di lain pihak, Perdana Menteri Irak mengeluarkan pernyataan bahwa negara tersebut akan mendukung pengendalian produksi seperti yang direncanakan oleh OPEC.
Pelaku pasar saat ini sedang menunggu data persediaan mingguan dari Energy Information Administration. Berdasarkan survei Wall Street Journal, para analis dan pelaku pasar mengharapkan stok minyak mentah akan naik 1,2 juta barel pada pekan yang berakhir pada 26 Agustus kemarin.
Sedangkan The American Petroleum Institute, kelompok produsen minyak swasta yang beroperasi di AS, menyatakan bahwa persediaan minyak mentah meningkat 942 ribu barel. (Gdn/Ndw)