Liputan6.com, Tokyo - Bursa Asia menurun pada perdagangan Rabu pekan ini usai bursa Amerika Serikat (AS) melemah tipis. Pelaku pasar pun menanti rilis data tenaga kerja untuk mengetahui apakah data itu dapat mendorong bank sentral AS atau the Federal Reserve menaikkan suku bunga pada September 2016.
Indeks saham MSCI dari Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,1 persen. Indeks saham Jepang Nikkei naik 0,9 persen. Penguatan indeks saham Jepang Nikkei telah naik 1,8 persen selama Agustus. Penguatan indeks saham Nikkei tersebut didorong dari yen melemah. Indeks saham Jepang Topix menguat 1 persen. Sedangkan indeks saham Australia atau ASX 200 melemah 0,4 persen.
Bursa Jepang pun memimpin kenaikan indeks saham di antara bursa Asia. Rencana bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga telah mempengaruhi laju bursa Asia. Berdasarkan survei, sekitar 34 persen bank sentral AS akan menaikkan suku bunga pada September, dan 59 persen melihat kalau bank sentral AS akan menaikkan suku bunga pada akhir tahun 2016.
Pelaku pasar pun akan melihat data rilis tenaga kerja atau gaji pada akhir pekan ini untuk mencari sinyal soal kenaikan sku bunga.
Baca Juga
Advertisement
Di pasar uang, dolar AS stabil di kisaran 102,93 terhadap yen. Angka itu terkuat sejak 29 Juli. Indeks dolar AS stabil setelah reli 0,6 persen ke level tertinggi dalam satu bulan terakhir.
"Pergerakan dolar AS mungkin juga akan dipengaruhi laporan payrolls pada akhir pekan ini. Pelaku pasar harus melihat angka yang solid," ujar Ned Rumpeltin, Kepala Riset TD, seperti dikutip dari laman Bloomberg, Rabu (31/8/2016).
Hal senada dikatakan Jason Wong, Analis Bank of New Zealand Ltd. Ia menuturkan, rilis data tenaga kerja AS akan menjadi kunci, dan dapat memberikan kejutan positif ke pasar untuk dapat mengambil kesempatan jelang kenaikan suku bunga. Ia menambahkan, kalau dolar AS menguat seiring ada harapan kenaikan suku bunga pada akhir tahun ini.
Di pasar komoditas, harga minyak Brent melemah 0,1 persen ke level US$ 48,31 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediata (WTI) merosot 0,2 persen ke level US$ 46,24.(Ahm/Gdn)