Teknologi Keamanan Biometrik Bukannya Tanpa Cela

Teknologi biometrik memang lebih baik dari pada password yang lemah, tapi bukan berarti teknologi ini bebas hacking

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 31 Agu 2016, 19:24 WIB
Sensor sidik jari palsu. Foto: Telegraph

Liputan6.com, Jakarta - Tren pemakaian keamanan biometrik memang tengah digandrungi beberapa perusahaan pembesut perangkat pintar. Pemindai sidik jari, bahkan terbaru pemindai mata, sudah mulai disematkan menjadi pengaman smartphone terbaru.

Menanggapi hal tersebut, Marc Goodman penulis buku Future Crime menyebut penggunaan keamanan biometrik akan menjadi tren. Meskipun sebagian orang berpikir teknologi ini aman, tapi bukan berarti teknologi ini aman dari peretasan.

"Teknologi biometrik memang lebih baik daripada penggunaan password yang lemah, tapi bukan berarti teknologi ini bebas hacking," ujarnya saat ditemui di sela-sela acara Digital for Life 2016 di Jakarta, Rabu (31/8/2016).

Sebagai informasi, penggunaan teknologi keamaan biometrik seperti pemindai sidik jari memang diprediksi akan terus berkembang.

Situs teknologi asal Taiwan, DigiTimes, mengklaim penetrasi sensor pemindai sidik jari pada smartphone akan meningkat di atas 50 persen pada 2017, naik 40 persen dari tahun ini.

Permintaan pemindai sidik jari di smartphone memang telah tumbuh sejak 2015. Karenanya, diperkirakan makin banyak varian ponsel pintar yang memiliki fitur tersebut, baik kelas menengah maupun atas.

Manufaktur sensor asal Tiongkok dan Taiwan pun diprediksi akan makin unjuk gigi di kompetisi internasional. Namun mereka masih harus berusaha keras di negara asalnya, mengingat minat smartphone di Tiongkok diprediksi mencapai hampir 500 juta unit di tahun ini.

(Dam/Ysl)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya