Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan realisasi deflasi 0,02 persen di Agustus 2016. Pencapaian ini merupakan deflasi yang terendah pada bulan yang sama sejak 2001 atau 15 tahun.
Bagi Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, realisasi deflasi 0,02 persen memberi sinyal bahwa pemerintah harus waspada dengan kondisi tersebut.
"Deflasi 0,02 persen (MoM) walaupun positif, tapi tone-nya waspada," tegasnya dalam Rapat Kerja Pembahasan Asumsi Makro RAPBN 2017 di ruang rapat Komisi XI DPR, Jakarta, Kamis malam (1/9/2016).
Sri Mulyani menjelaskan, terjadinya deflasi bukan karena penurunan harga jual pangan maupun barang dan jasa tapi lebih kepada permintaan yang melemah.
Alasannya, tambah dia, masyarakat telah membelanjakan banyak uang untuk keperluan Lebaran di Juli 2016. Kemudian di Agustus saatnya masyarakat mulai mengumpulkan dan menyimpan uang.
Baca Juga
Advertisement
"Deflasi bukan karena harga turun, tapi karena permintaan melemah. Kita harus waspada, ada apa di dalamnya. Sebab saat Lebaran kan rakyat sudah keluarkan banyak uang, jadi sekarang waktunya konsolidasi lagi," jelas Sri Mulyani.
Pernyataan ini bertolakbelakang dengan yang diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution dalam merespons pencapaian deflasi di Agustus ini.
Darmin menilai, realisasi deflasi 0,02 persen di Agustus 2016 tidak terlepas dari upaya pemerintah mengendalikan harga beberapa komoditas pangan strategis.
Lebih jauh katanya, upaya pengendalihan harga pangan sudah dimaksimalkan sejak dua bulan sebelum Lebaran tahun ini dengan tujuan menekan inflasi. Langkah tersebut terus dilakukan hingga saat ini dan ke depan.
"Jadi (deflasi) itu bagus. Tapi dalam minggu ke depan, harga daging akan kita coba tekan lagi karena tidak mau turun juga. Besok katanya di Bulog ada acara makan daging kerbau," tutur Darmin.
Namun Darmin menolak jika deflasi terjadi karena permintaan maupun daya beli masyarakat turun. "Jangan dibilang itu (deflasi) berarti permintaan turun. Tidak begitu, makanya kita coba urus supply side," jelasnya.
Pemerintah, sambungnya, akan berupaya menurunkan harga komoditas pangan strategis. Seperti contohnya harga beras sudah relatif stabil, kemudian bawang merah cenderung mulai mengalami penurunan harga, dan harga daging terus dikendalikan.
"Jadi satu per satu kita kendalikan harganya. Pemerintah bertekad betul supaya inflasi jangan tinggi. Setinggi-tingginya 4 persen, kalau bisa di bawah itu," kata Darmin. (Fik/Gdn)