Veteran Korban Gusuran Rawajati Pernah Diberi Apartemen

Sebelum mendapatkan apartemen, Ilyas tinggal di pinggiran rel kereta api di Kalibata.

oleh Andrie Harianto diperbarui 02 Sep 2016, 11:28 WIB
Alat berat merobohkan bangunan di kawasam Rawajati, Jakarta, Kamis (1/9). Penertiban puluhan bangunan liar di kawasan tersebut menyebabkan warga terpaksa menyelamatkan barang berharga mereka ke tepi rel kereta api. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Letnan Kolonel Purnawirawan Ilyas Karim tampak gerah. Dia mengadang petugas Satpol PP yang berusaha menghalangi aparat yang mengeluarkan isi rumahnya di RT 09/04, Jalan Rawajati Barat III, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan.

"Jangan dorong-dorong. Orang tua ini. Veteran saya ini," ucap Ilyas di lokasi penggusuran, Kamis 1 September 2016.

"Jangan tidak dimanusiakan seperti ini. Masa enggak ada hormatnya sama veteran," ujar dia ketus.

Catatan Liputan6.com, Ilyas adalah salah seorang veteran yang menerima penghargaan tepat 17 Agustus 2011. Wakil Gubernur saat itu, Prijanto, memberikan hadiah satu unit apartemen di Kalibata City.

Selama ini Ilyas Karim tinggal dalam sebuah rumah sederhana di tepi rel kereta api di kawasan Kalibata.

Ilyas saat itu dianggap sebagai salah satu dari dua pengibar Sang Saka Merah Putih di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Satu pengibar lainnya adalah Singgih, seorang tentara Peta.

Soal Ilyas yang mengaku sebagai pengibar Sang Saka Merah Putih sempat menjadi perdebatan. Namun berdasarkan catatan setneg.go.id, tidak ditemukan nama Ilyas Karim atau Singgih.

Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara RI Prof Dr H Dadan Wildan MHum dalam 'Membuka Catatan Sejarah: Detik-Detik Proklamasi, 17 Agustus 1945' menyebutkan, dari orang-orang yang hadir dalam pengibaran bendera Merah Putih itu terdapat Wakil Wali Kota Soewirjo.

Berikut penggalan catatan Dadan yang dilansir setneg.go.id.

"Hari Jumat di bulan Ramadhan, pukul 05.00 pagi, fajar 17 Agustus 1945 memancar di ufuk timur. Embun pagi masih menggelantung di tepian daun. Para pemimpin bangsa dan para tokoh pemuda keluar dari rumah Laksamana Maeda, dengan diliputi kebanggaan setelah merumuskan teks Proklamasi hingga dinihari. Mereka, telah sepakat untuk memproklamasikan  kemerdekaan bangsa Indonesia hari itu di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, pada pukul 10.00 pagi. Bung Hatta sempat berpesan kepada para  pemuda  yang bekerja pada pers dan kantor-kantor berita, untuk memperbanyak naskah proklamasi dan menyebarkannya ke seluruh dunia (Hatta, 1970:53).

Menjelang pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan, suasana di Jalan Pegangsaan Timur 56 cukup sibuk. Wakil Walikota, Soewirjo, memerintahkan kepada  Mr. Wilopo untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan seperti mikrofon dan beberapa pengeras suara. Sedangkan Sudiro memerintahkan kepada S. Suhud untuk mempersiapkan satu tiang bendera. Karena situasi yang tegang, Suhud tidak ingat bahwa di depan rumah Soekarno itu, masih ada dua tiang bendera dari besi yang tidak digunakan. Malahan ia mencari sebatang bambu yang berada di  belakang rumah. Bambu itu dibersihkan dan diberi tali. Lalu ditanam beberapa langkah saja dari teras rumah. Bendera yang dijahit dengan tangan oleh Nyonya Fatmawati Soekarno sudah disiapkan. Bentuk dan ukuran bendera itu tidak standar, karena kainnya berukuran tidak  sempurna. Memang, kain itu awalnya tidak disiapkan untuk bendera."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya