Liputan6.com, London - Tak semua guyonan bisa diterima berbagai pihak, apalagi jika bahan candaan berbau hal-hal yang sensitif seperti ISIS.
Hal itulah yang baru dialami PewDiePie belum lama ini. Akunnya diblokir oleh Twitter karena guyonan soal kelompok teroris tersebut. Akibatnya, bintang YouTube ini 'dihukum', alias sempat tak bisa menggunakan Twitter selama beberapa waktu.
Dilansir Engadget, Jumat (2/9/2016), awal duduk perkara dimulai kala pria yang bernama asli Felix Kjellberg tersebut ingin membatalkan verifikasi akunnya dengan maksud ingin mengganti dengan menambahkan ikon globe di samping namanya.
Beberapa saat setelahnya, ada sebuah akun parodi yang mencuit cerita bohongan bahwa PewDiePie kehilangan verifikasi akun Twitter-nya karena diduga memiliki hubungan dengan ISIS.
Baca Juga
Advertisement
Nah, di saat yang bersamaan, PewDiePie malah me-retweet cuitan akun parodi tersebut. Entah maksudnya ingin bercanda--akunnya dengan nama @pewdiepie seketika langsung terblokir.
Sebagai risiko, PewDiePie harus kehilangan jutaan followers. Meski beberapa jam kemudian, akun miliknya kembali hidup dan ia kembali mendapatkan followers-nya.
Twitter memang sangat sensitif dengan konten yang berhubungan dengan ISIS. Karenanya, mereka memilih untuk memblokir siapa pun yang mencuit konten ISIS. Sayangnya, mereka menolak berkomentar soal alasan mengapa ingin memblokir akun PewDiePie.
Berdasarkan informasi juru bicara Twitter, mereka tidak akan mengomentari alasan pemblokiran akun individual karena alasan keamanan dan privasi penggunanya.
Reaksi netizen soal diblokirnya gamer asal Swedia ini pun beragam. Ada yang mengatakan, PewDiePie harus 'mengerem' candaannya apalagi yang berbau sensitif seperti ISIS.
Namun, ada juga yang menganggapnya lucu dan bahkan menilai candaannya bisa mencairkan ketegangan masyarakat terhadap ISIS.
Selain Twitter, Google dan Facebook juga tengah menjadi sorotan terkait ISIS. Karena, beberapa waktu lalu anggota parlemen Inggris menilai ketiga perusahaan jejaring sosial tersebut gagal memblokir ISIS dengan alasan malah memberikan jalan lebih leluasa bagi pengguna yang diduga pelaku rekrutmen teroris.
(Jek/Isk)