Liputan6.com, Jakarta Kebanyakan orangtua modern memilih masukkan anak mereka ke sekolah saat umurnya tergolong masih sangat muda, contohnya 4 tahun. Ini dikarenakan mereka berpikir anak yang dilatih fungsi otaknya pada usia dini akan membuatnya jauh lebih pintar dan unggul dibandingkan yang lain.
Secara fisik saja anak umur emat tahun belum siap untuk memulai sekolah. Daya tangkap dan daya koordinasi mereka juga umumnya masih sangat lemah. Kemampuan untuk memahami semua mata pelajaran yang diberikan guru selama di sekolah masih tergolong minim.
Advertisement
Para peneliti dari Universitas Loughborough mengatakan yang terjadi saat ini memang cukup banyak orangtua "memaksa" anak-anak mereka untuk sekolah. Padahal jika dinilai dari sisi usia, anak-anak di bawah umur lima tahun harus lebih banyak bermain sambil belajar, bukan belajar dan istirahat hanya beberapa menit saja.
Para peneliti juga menemukan sangat sedikit anak-anak modern yang menghabiskan waktu untuk bergerak karena sehari-hari dihabiskan untuk duduk di bangku sekolah. Selesai sekolah, anak-anak itu fokus menatap layar gawai tanpa ada gerakan sedikit pun.
Seperti dikutip dari situs Times of India, Sabtu (3/9/2016), penelitian yang dilancarkan oleh sekelompok peneliti dari Universitas Loughborough berupa ujian fisik pada anak usia 4 tahun yang 'dipaksa' untuk menimba ilmu di sekolah saat usia masih tergolong dini.
Keterampilan motorik dan refleks mereka secara spesifik diperhatikan baik-baik oleh para peneliti.
Hampir 90 persen dari anak-anak tersebut menunjukkan kesulitan melibatkan diri dalam suatu aktivitas layaknya anak yang sudah aktif di sekolah.
Penelitian itu juga mengungkap fakta bahwa 30 persen dari total keseluruhan anak-anak yang bersekolah di usia masih sangat muda cenderung alami gejala-gejala ADHD atau Attention Deficit Disorder, kondisi yang dapat bertambah parah apabila mereka kurang aktivitas gerak.