Liputan6.com, Moskow - Dikubur hidup-hidup sampai sekarang merupakan salah satu cara kematian yang paling ditakuti manusia di seantero dunia.
Aneh memang, tetapi banyak orang yang terjangkit kecemasan ini. Mereka khawatir ditempatkan di liang lahat, ditimbun tanah, padahal dalam kondisi masih hidup -- mungkin karena salah diagnosis.
Bahkan dalam istilah kedokteran, takut dikubur hidup-hidup mempunyai nama medis, taphophobia.
Takut akan kematian tidak selalu menjadi hal yang buruk, namun pikiran ekstrem dan
pikiran yang tidak rasional tentang mati --taphophobia -- dapat menganggu kehidupan penderitanya sehari-hari. Orang yang hidup dengan fobia itu seringkali menolak untuk meninggalkan rumah mereka.
Baca Juga
Advertisement
Di Moskow, sekarang ini, banyak sekali warga Rusia yang mengantre untuk menyembuhkan taphophobia. Namun, upaya penyembuhan kecemasan tersebut punya cara yang cukup ekstrem.
Yakni, para pasien yang ingin sembuh dari fobia tersebut bisa mencoba sensasi dikubur hidup-hidup sungguhan, di lubang sedalam 1,8 meter.
Pengobatan ekstrem ini dinilai mujarab. Penggagas aksi tersebut Sergey Volkov menyatakan dengan cara ini banyak ketakutan yang bisa disembuhkan.
"Terapi ini bukan cuma menyembuhkan taphophobia, namun juga claustrophobia, ketakutan terjebak dan tak bisa keluar dari ruang sempit," sebut Volkov seperti dikutip dari Daily Mail, Sabtu (3/9/2016).
Walau digadang-gadang manjur tak sedikit yang menentang cara ekstrem ini. Mereka yakin standar keselamatan saat menjalankan proses tersebut sangat rendah.
Seorang perempuan Rusia menuduh Volkov bukan seorang dokter. Penyembuhan itu pun dianggap adalah tindakan amatiran.
Ia mempermasalahkan tak adanya paramedis atau dokter di lokasi terapi sebagai bukti, ada yang tak beres dengan praktik penyembuhan itu.
Meski mendapat kritik ternyata cara ekstrem dari Volkov cukup banyak diminati oleh warga Rusia. Bahkan biaya terapi yang mencapai mencapai Rp 610 ribu sama sekali tak dianggap masalah.
Penasaran dengan terapi aneh itu?
Horor di Liang Lahat
Sebelum dunia kedokteran semaju saat ini, ketakutan tersebut masuk di akal. Sejumlah insiden terjadi di mana seseorang tak sengaja dikubur meski nyawa masih dikandung badan.
Pada 1905, pembaharu Inggris William Tebb mengumpulkan data-data pemakaman yang prematur. Ia menemukan 219 kasus nyaris dikubur hidup-hidup, 149 perkara di mana manusia bernyawa terlanjur dikebumikan, 10 kasus pembedahan dissection -- pembedahan 'jenazah' untuk melihat organ dalam pada orang yang belum jadi mendiang, dan 2 kasus seseorang terbangun saat tubuhnya sedang dibalsem atau diawetkan.
Tingginya kasus dikubur hidup-hidup pada Abad ke-17 dan 18 terutama disebabkan tingginya jumlah kematian yang dipicu sejumlah penyakit seperti kolera, cacar, dan lainnya.
Mereka yang meninggal dunia cenderung tak diperiksa rinci -- untuk memastikan mereka benar-benar mati, bukan hanya pingsan atau koma.
Apalagi, pasien juga cenderung untuk dikubur dengan cepat untuk mencegah penyebaran penyakit.
Seperti dikutip dari situs Today I Found Out, fenomena itu membuat seseorang menciptakan peti mati yang 'aman', yang dikenal sebagai Bateson’s Belfry -- yang dilengkapi tambang yang dihubungkan dengan bel di atas makam.
Namun, saking takutnya, sang penemu akhirnya bunuh diri, menyiram tubuhnya dengan minyak biji rami lalu menyulutnya dengan api -- hanya untuk memastikan ia mati sebelum dikubur.
Sejumlah orang terkenal diduga menderita taphophobic: penulis dongeng yang terkenal Hans Christian Anderson dan presiden pertama Amerika Serikat, George Washington.
Advertisement