Liputan6.com, Jakarta - Mengais rezeki mutlak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tapi ternyata tak semua lurus jalannya.
Di kawasan pantai utara Pulau Jawa atau pantura fenomena ganjil terjadi pada sejumlah anak berusia tanggung. Mereka berinteraksi dengan pria dewasa yang umumnya berusia lanjut. Risiko pun mengancam diri dan orang lain dengan penyakit.
Advertisement
Dari penelusuran tim Sigi, taman di sebuah sudut kota di kawasan pantura malam itu masih ramai saja. Namun yang mengherankan, gerombolan anak-anak di bawah umur masih berkeliaran. Padahal, waktu sudah menjelang dini hari.
Dari seorang sumber, info meluncur. Anak-anak di bawah umur itu bekerja sebagai pekerja seks atau akrab disebut kucing.
Tim Sigi berupaya berbaur dengan gerombolan tersebut guna menggali informasi lebih lanjut. Dari obrolan gerombolan itu diketahui, lelaki hidung belang berumur adalah pelanggan mereka.
Salah satu agen yang tugasnya menjadi penghubung ke para kucing, malam itu, bersiap. Seorang remaja tanggung dipesan. Khusus permintaan pelanggan kali ini, kucing pun diantar.
Setibanya di tempat yang telah ditentukan, si kucing bersama agen menunggu lelaki hidung belang berorientasi ganjil. Seperti yang biasa memesan para kucing, konsumen itu pun sudah berusia lanjut.
Karena kucing yang diminta cocok sesuai permintaan konsumen, sang agen meninggalkan mereka berdua.
Di sisi lain, khawatir akan mewabahnya penyakit mematikan di tengah masyarakat, dinas kesehatan setempat bersama organisasi peduli HIV/AIDS melakukan tes darah terhadap orang-orang yang berpotensi.
Informasi yang beredar seputar keberadaan penyakit HIV/AIDS di tengah-tengah komunitas kucing ini lumayan menggetarkan. Apalagi, risiko penularan amat tinggi di kalangan kucing yang berorientasi seksual menyimpang.
Keesokan harinya, tim Sigi kembali ke taman yang dijuluki komunitas itu sebagai Kandang Kucing. Dari pengakuan salah seorang kucing yang masih berumur 15 tahun, diketahui bahwa orangtuanya tidak tahu dengan yang dia lakukan. Apalagi, dia juga tidak mengerti dengan penyakit mematikan yang mengancam di depan mata.
Terjunnya anak-anak di bawah umur itu sebagai pekerja seks tak lepas dari kurangnya pengawasan dan bimbingan orangtua. Pendidikan agama yang berkesinambungan, komunikasi orangtua dan anak yang intens serta lingkungan pergaulan yang baik adalah beberapa hal bisa meminimalisasi timbulnya kelainan yang merugikan saat anak tengah bertumbuh.
Bagaimana perilaku ganjil ini bisa terjadi? Simak penelusuran selengkapnya dalam tayangan Sigi SCTV edisi Sabtu (3/9/2016) di bawah ini: