Temui Bos Huawei di Tiongkok, Presiden Jokowi Bahas 3 Poin Ini

Tiga poin tersebut termasuk perihal Asian Games, kerjasama untuk pelatihan bidang vokasional di R&D Huawei dan pengembangan Smart City.

oleh Jeko I. R. diperbarui 05 Sep 2016, 11:09 WIB
Presiden Jokowi (kanan) dan Ibu Negara, Iriana melambaikan tangan sebelum bertolak memulai kunjungan kenegaraan dengan pesawat kepresidenan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (22/3/2015). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Hangzhou - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) kini tengah berada dalam rangkaian kunjungan kerjanya di Tiongkok. Setelah sebelumnya bertemu dengan CEO Alibaba Group Jack Ma pada Kamis (1/9/2016), Jokowi  menyambangi kantor Research and Development (R&D) Huawei di Hangzhou pada Minggu kemarin (4/9/2016).

Jokowi bertemu dengan Pimpinan Huawei Technologies Sun Yafang dan jajaran pimpinan Huawei lainnya. Ia membahas tiga poin dalam pertemuan tersebut, yaitu soal Asian Games, kerjasama untuk pelatihan bidang vokasional di R&D Huawei, dan pengembangan Smart City.

Dalam kunjungan tersebut, Jokowi didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Sekretaris Kabinet Pramono Anung dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf.

Berdasarkan keterangan yang Tekno Liputan6.com dapat dari Kemkominfo, hal pertama yang difokuskan adalah kesiapan Asian Games dengan jaringan 4,5G, yang mana nantinya Pemerintah Indonesia akan bekerjasama dengan pihak Huawei.

Seperti diketahui, Asian Games akan digelar di Indonesia pada 2018 mendatang. Dalam hal tersebut, Indonesia berharap teknologi 4.5G dapat diimplementasikan di Jakarta dan Palembang. "Untuk detilnya, Pak Rudi (Menkominfo, red.) akan membahasnya besok di Kantor Pusat Huawei di Shenzhen," kata Retno.

Lalu, hal kedua adalah poin kerjasama pelatihan bidang vokasional di R&D Huawei. Pemerintah memandang, Huawei begitu kuat dalam hal penelitian dan pengembangan, ini terbukti dari jumlah 17 ribu pegawai yang dimiliki Huawei.

Belasan ribu karyawannya itu tersebar di 179 negara, sementara 79 ribu pegawai lain dikhususkan untuk penelitian dan pengembangan. 

"Dari semua tiga pilar (inovasi, revolusi industri baru dan ekonomi digital) ada satu roh yang memang harus kita perkuat, yaitu Research and Development," tambahnya. 

Hal tersebut yang menjadi latar belakang pemerintah untuk memperkuat kerjasama dengan Huawei di bidang R&D agar Indonesia yang memiliki talenta yang tinggi dan berkesempatan dididik di R&D Huaweri yang tersebar di Tiongkok, Amerika, dan Eropa,"

Poin terakhir kerjasama antara Huawei dan Pemerintah adalah penguatan Smart City. Konsep tersebut dipastikan akan terus berjalan dan akan dilakukan ke beberapa kota yang dianggap memiliki potensi kuat untuk menjadi Smart City.

"Karena Bandung sudah kerjasama dengan Huawei untuk Safe City," Tutup Retno.

(Jek/Cas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya