Liputan6.com, Jakarta Bayu Aji Prakoso (21) dan dua muridnya digelandang aparat Polsek Jagakarsa, Jumat 2 September 2016. Penangkapan dilakukan atas respons pesan singkat berantai yang mencurigai perkumpulan Mahesa Kurung yang diprakarsai Bayu di sebuah bengkel ketok magic di Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Dalam pesan singkat tersebut, warga Jagakarsa mengaku resah. Sebab, setiap selesai pengajian yang diselenggarakan setiap Sabtu malam para pengikut Bayu kerap menggelar iring-iringan.
Advertisement
"Warga khawatir mereka memicu tawuran antar remaja karena mendengar aliran Mahesa Kurung mengajarkan ilmu kekebalan," tutur Kapolsek Jagakarsa, Kompol Sri Bhayangkari saat dihubungi Liputan6.com, Senin (5/9/2016).
Kepada polisi, Bayu mengaku memiliki pengikut 300 orang. Namun, dari bukti yang ditunjukkan, para anggota yang rajin bertandang ke bengkel ketok magic yang ditunggui Bayu, hanya 20-30 orang.
"Rata-rata mereka anak-anak di bawah umur, para remaja," kata Sri.
Penuturan dua murid Bayu ke pihak kepolisian, macam-macam alasan para Anak Baru Gede itu bergabung dengan perkumpulan Mahesa Kurung.
"Ada yang ingin kebal, ada yang sering ditolak dan minta pelet, yang suka di-bully, pengasihan, macem-macem, lah," kata Sri.
Oleh sebab itu saat polisi menggeledah di dalam dan sekitar bengkel, tidak didapati senjata tajam atau benda yang dicurigai akan digunakan untuk tawuran.
"Kami justru mendapati isim, batu akik, kemenyan, buluh perindu," Sri membeberkan.
Benda-benda itu didapat dari para murid-murid Bayu. "Barang-barang itu katanya mahar dari murid-murid dia (Bayu). Mereka memberikan mahar seikhlasnya tapi wajib," kata Sri.
Bayu mengakui, murid-muridnya ingin meminta ilmu yang diinginkan, maka ada ritual tertentu yang harus dijalani murid-muridnya itu.
"Kalau pantangan itu dilanggar maka ilmunya tidak akan nempel," Sri menjelaskan.
Karena tidak terbukti menyimpan senjata tajam, polisi memulangkan ketiga orang tersebut. Terkait aliran sesat, Sri mengatakan penyidikan hal tersebut bukan ranah pihak kepolisian.