Pertemuan Obama-Putin Bahas Suriah Berujung Tanpa Hasil

Pertemuan yang berlangsung di sela-sela KTT G20 ini secara khusus ditujukan mencari solusi krisis Suriah.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 05 Sep 2016, 14:30 WIB
Ekspresi Presiden AS, Barack Obama dan Presiden Rusia, Vladimir Putin saat saling bertemu pada Sidang Umum PBB di New York, Senin (28/9/2015). (REUTERS/Kevin Lamarque)

Liputan6.com, Beijing - Pertemuan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di China berujung tanpa hasil. Kedua pemimpin dunia tersebut bertemu untuk mengakhiri kekerasan yang terjadi di Suriah.

Meski belum ada pernyataan resmi, keterangan bahwa pertemuan tak membuahkan hasil disampaikan oleh seorang pejabat pemerintahan AS yang namanya tak mau disebutkan.

"Ada beberapa isu yang harus diselesaikan," ucapnya singkat kepada CNN, Senin (5/9/2016).

Pertemuan tanpa hasil dari Obama dan Putin sudah diprediksi. Pasalnya, ketika Menlu AS John Kerry dan Menlu Rusia, Sergei Lavrov, di tempat yang sama, mereka juga gagal mencapai kesepakatan.

Pertemuan pendahuluan antar menlu tersebut ditujukan untuk membicarakan kerja sama militer antar dua negara. Diharapkan, jika kesepakatan terwujud, maka upaya menargetkan serangan ke kelompok teroris bisa terkoordinasi lebih baik lagi.

Selain itu, banyak pihak juga berharap bila AS bekerja sama dengan Rusia, maka tewasnya warga sipil karena operasi militer di Suriah dapat dihindari.

Pada Minggu, 4 September 2016 lalu, Presiden Obama sebenarnya begitu berharap ada hasil berarti dari pertemuan Kerry dan Lavrov. Dia melihat masalah kemanusiaan di Suriah sudah saatnya diselesaikan.

"Kerry dan Lavrov bekerja sepanjang hari untuk mencapai kesepakatan ini," sebut Obama sehari sebelum pertemuan.

Masalah di Suriah begitu kompleks usai AS dan Rusia mengambil kebijakan berbeda. Negara Beruang merah diketahui sebagai pendukung dan sekutu dari Presiden Suriah Bashar Al-Assad.

Dukungan Rusia terlihat ketika mereka mengerahkan pesawat udara untuk menggempur pemberontak di Suriah.

Berbeda dengan Rusia, AS malah mendukung beberapa kelompok oposisi Suriah yang oleh Damaskus dan Moskow telah dimasukkan ke dalam daftar hitam terorisme.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya