Liputan6.com, Seoul - Samsung kini menjadi sorotan publik. Phablet terbarunya--Galaxy Note 7--yang seharusnya bisa menjadi rival berat iPhone 7, terpaksa ditarik (recall) dari pasaran akibat banyaknya laporan keluhan terhadap baterainya.
Bahkan, media bisnis Bloomberg memprediksi, vendor asal Korea Selatan tersebut harus mengucurkan biaya hingga US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 13,1 triliun untuk me-recall sekitar 2,5 juta unit Galaxy Note 7 yang telah diproduksi.
Baik dari pihak Samsung tidak mengumbar berapa jumlah ongkos yang mereka harus habiskan karena isu tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Koh Dong Jin, pimpinan divisi smartphone Samsung, hanya membenarkan bahwa mereka sudah menggelontorkan biaya yang cukup besar untuk proses recall phablet tersebut.
"Saya tidak bisa mengungkap angkanya, namun yang kami habiskan memang besar," katanya sebagaimana dilansir dari Sydney Morning Herald, Senin (5/9/2016).
Di saat yang bersamaan, pengamat smartphone ChangSea Jin memandang bahwa kejadian ini jelas bisa menjadi ancaman bagi Samsung yang kini berada di atas posisi puncak. Meski begitu, langkah recall yang telah dilakukan dianggap merupakan cara terbaik. Jika tidak, pamor brand Samsung akan tercemar.
"Potensi kerusakan pada reputasi Samsung justru jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kerugian finansial jangka pendek," ucap pria yang juga menjabat profesor di National University of Singapore itu.
Meski US$ 1 miliar memang besar, angka tersebut dinilai tidak menjadi 'masalah' bagi Samsung. Sebab, mereka diprediksi akan menerima pendapatan sejumlah US$ 27,2 miliar atau setara dengan Rp 357 triliun pada tahun ini.
Selain itu, Bryan Ma, seorang analis dari biro riset IDC juga mengatakan langkah Samsung menghadirkan Note 7 untuk 'menyepak' iPhone 7 yang bakal dirilis pekan ini juga sudah kadung terlambat. Namun, ia tetap mendukung langkah Samsung melakukan recall.
"Keuntungan soal masalah timing merilis Note 7 sebelum iPhone 7 hadir pada pekan ini sudah terlambat. Tetapi, jika mereka tidak 'bergerak cepat' melakukan recall, dampaknya bisa panjang," pungkas Bryan.
(Jek/Ysl)