Liputan6.com, New York - Harga emas stabil mendekati posisi tertinggi dalam satu pekan pada sesi sebelumnya, seiring merosotnya dolar yang menyusutkan harapan jika AS segera menaikkan suku bunga acuannya, meski keuntungan logam kuning ini masih dibatasi penguatan saham global.
Melansir laman Reuters, Selasa (6/9/2016) harga emas di pasar Spot naik 0,1 persen menjadi US$ 1.326,33 per ounce.
Sementara harga emas berjangka AS naik 0,3 persen ke posisi US$ 1.330,7 per ounce.
Logam mulia mencapai posisi tertingginya dalam satu minggu di US$ 1.328,73 per ounce pada Jumat, setelah data menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja AS melambat lebih dari harapan pada bulan Agustus setelah dua bulan berturut-turut naik.
Baca Juga
Advertisement
Ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS yang diprediksi kembali mundur membantu pasar saham dunia mendapatkan keuntungan yang solid pada hari ini.
"Apa yang kami lihat adalah kebalikan dari harapan bahwa AS
suku bunga akan naik pada bulan September," kata Analis ICBC Standard Bank Tom Kendall.
Rencananya, Federal Reserve akan menggelar pertemuan berikutnya pada 20-21 September dan ditahannya keputusan bisa membuat mata uang AS lebih rendah sehingga mampu mendorong harga emas dalam mata uang dolar lebih murah dan
lebih menarik.
Analis JPMorgan mengharapkan harga rata-rata emas berada di posisi US$ 1.425 per ounce pada semester pertama tahun depan.
"Kami tetap berpegang pada fakta bahwa pertumbuhan ekonomi sebagian besar tetap membosankan sementara tingkat suku bunga masih tetap sangat rendah atau negatif. Sedangkan 25 basis poin kenaikan suku bunga di AS pada bulan September atau Desember tidak akan sepenuhnya mundur," urai JPMorgan dalam catatannya.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, mencapai posisi 95,762, turun sekitar 0,1 persen.
Analis dan pedagang juga menunggu untuk melihat permintaan fisik emas di India selama beberapa minggu mendatang seiring pelaksanaan festival dan musim pernikahan.(Nrm/Ndw)