Liputan6.com, Padang - Tarekat Naqsabandiyah Sumatera Barat menggelar salat Idul Adha 1437 Hijriah pada Sabtu 10 September 2016 atau dua hari lebih cepat dari yang ditetapkan pemerintah yaitu Senin 12 September 2016.
"Kami menetapkan Idul Adha dari metode hisab munjid dan rukyatul hilal atau melihat bulan," kata Pimpinan Naqsabandiyah Sumbar Syafri Malin Mudo, di Padang, Selasa (6/9/2016).
Advertisement
Dia menjelaskan, penentuan Idul Adha selalu sama secara turun temurun, yakni 100 hari setelah awal Ramadan. Dalam 100 hari itu, tarekatnya menilai saat di Arab Saudi puasa Arafah menjadi awal 10 Zulhijah atau Idul Adha.
"Hal inilah yang membedakan dengan tarekat lainnya di dunia. Secara pelaksanaan tetap sama dengan Idul Fitri, salat sunah dua rakaat dan takbir lima dan tujuh," kata Syafri.
Hal itu, termasuk khotbah yang menggunakan bahasa Arab dan kemudian diselesaikan dengan salaman dan pemotongan kurban. Pada kurban kali ini, pihaknya akan memotong sapi dan kambing yang kemudian diberikan kepada pihak yang membutuhkan.
"Nantinya akan ada ratusan musala dan masjid di Sumbar yang akan melaksanakan salat," ujar dia.
Syafri mengatakan, secara keseluruhan, jemaah Naqsabandiyah di Sumbar berjumlah 5.000 orang yang tersebar di Padang, Solok, Solok Selatan, Padangpariaman, dan Pesisir Selatan. Pusat pelaksanaan salat akan diselenggarakan di surau Baitul Makmur, Kecamatan Pauh Padang.
Dia mengimbau jamaah Naqsabandiyah untuk berbondong-bondong datang ke surau melaksanakan Idul Adha yang akan dimulai dengan takbiran pada Jumat 9 September 2016 malam.
Salah satu anggota jamaah Tarekat Naqsabandiyah, Ujang Komar, berharap kepada warga lain dapat menghormati perbedaan pelaksanaan Idul Adha.
"Mungkin sebagian besar akan Idul Kurban pada 12 September begitupun di Tanah Suci," kata dia seperti dikutip dari Antara.