Liputan6.com, New York - Harga emas berada di level tertinggi dalam tiga pekan terakhir pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta).
Pendorong kenaikan harga emas adalah pelemahan dolar AS karena adanya harapan bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (the Fed) belum akan menaikkan bunga dalam waktu dekat.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (7/9/2016), harga emas untuk pengiriman Desember ditutup naik 2,1 persen ke level US$ 1.354 per troy ounce di Divisi Comex New York Mercantile Exchange. Level ini tertinggi sejak 18 Agustus.
Baca Juga
Advertisement
Sebuah data yang mengukur aktivitas di sektor jasa AS mendorong penguatan harga emas. Data aktivitas di sektor jasa AS tersebut tenggelam ke level terendah dalam enam bulan terakhir. Hal tersebut menjadi sinyal bahwa pertumbuhan ekonomi di AS belum merata.
Masih ada beberapa sektor kunci yang belum bisa mendukung Bank Sentral AS menaikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat ini atau dalam pertemuan 20-21 September mendatang.
Ekspektasi suku bunga yang masih rencah memberikan tenaga bagi harga emas untuk terus merangkak naik. Emas tidak perlu bersaing dengan beberapa instrumen investasi lainnya yang memberikan kenaikan yield saat suku bunga naik.
Harga emas kemungkinan akan tetap kuat untuk beberapa minggu ke depan," kata James Steel, analis HSBC. Namun, ia melanjutkan, pasar tetap percaya bahwa kenaikan suku bunga tetap akan dilakukan dan pada akhirnya harga emas akan kembali tertekan.