Liputan6.com, Purwakarta - Kabupaten Purwakarta membukukan surplus populasi ternak jenis domba, bahkan melebihi penduduk. Jumlah penduduk di kabupaten terkecil kedua di Jawa Barat 960.000 jiwa. Sedangkan populasi domba 1 juta ekor. Apa rahasinya?
Selain mengintensifkan kebijakan reguler oleh dinas yang membawahi sektor peternakan, Pemerintah Purwakarta juga menginisiasi kebijakan-kebijakan yang mendukung agenda pengembangan sektor peternakan.
Salah satunya adalah syarat wajib ternak bagi pejabat yang diangkat. Jadi ada syarat tidak tertulis bagi para pejabat yang akan menjalankan tugas baru, yakni mereka diharuskan untuk membawa hewan ternak lengkap dengan warga yang akan memelihara hewan ternak tersebut.
Pegawai esselon II wajib membawa sembilan ekor domba atau satu ekor sapi. Sementara pejabat esselon III harus membawa tiga ekor domba dan pejabat esselon IV harus membawa dua ekor domba.
Baca Juga
Advertisement
"Hewan ternak itu dititipkan kepada warga bukan diberikan. Sistemnya bisa bagi hasil. Kalau hewan ternaknya berkembang biak misalnya melahirkan dua anak, maka satu anak untuk pemelihara, satu anak untuk pejabat yang punya," kata Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, Rabu (7/9/2016).
Salah satu pejabat yang diangkat, Kepala Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Aep Durohman mengaku sudah memilih penggembala yang merupakan tetangganya sendiri di Kecamatan Plered Purwakarta.
"Iya sapi satu ekor, kemarin sudah diserahkan ke tetangga," tutur Aep.
Tak hanya pejabat yang dikenai kewajiban memelihara ternak, namun juga pelajar. Wajib ternak untuk pelajar ini tertuang dalam Peraturan Bupati Purwakarta Nomor 70A tentang Desa Berbudaya yang diluncurkan sejak 2015 lalu.
Di dalamnya memuat aturan tentang keharusan bagi pelajar memiliki hewan ternak sendiri dan diwujudkan dalam program Budak Angon. Dengan menekuni bidang peternakan, peserta Budak Angon akan terbiasa mencari rumput untuk makanan ternaknya, sehingga berimplikasi positif terhadap perkembangbiakan hewan ternak yang mereka urus.
Bupati Dedi menuturkan, hingga saat ini, ratusan pelajar tingkat SMP dan SMA di pedesaan telah memiliki hewan ternak sendiri. Bahkan, program Budak Angon dimasukkan ke dalam pelajaran tambahan di sekolah-sekolah.
"Ketika anak-anak menggembala kambing milik tetangganya ini, proses pembelajaran seperti ini sangat penting agar generasi muda terlatih mengolah sumber-sumber ekonomi sehingga dapat melahirkan nilai tambah bagi diri dan keluarganya," ujar Dedi.