Liputan6.com, South Bend - Setelah peristiwa Ledakan Besar (Big Bang) sekitar 13,5 miliar tahun lalu, tata surya sebenarnya masih 'menggembung' terus menerus. Arah 'penggembungan' itu belum diketahui hingga sekarang.
Baru-baru ini, sekelompok peneliti dari University of Notre Dame menciptakan model pemetaan untuk menduga arah menggembungnya galaksi.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari laman University of Notre Dame pada Rabu (7/9/2016), temuan tersebut telah diterbitkan dalam jurnal Nature Physiscs.
Laporan tersebut menyertakan peta kronografis yang mendukung model hirarkis pembentukan tata surya, karena peta kronografis disusun berdasarkan usia kejadian.
Tim University of Notre Dame terdiri dari Daniela Carollo, ahli astrofisika sekaligus asisten profesor untuk riset di Departemen Fisika, Timothy Beers, Kepala Astrofisika Notre Dame, dan asisten profesor penelitian Vinicius Placco.
Model itu sebenarnya dikembangkan oleh beberapa penggagas teori selama beberapa dekade.
Menurut teori-teori tersebut, Bima Sakti dibentuk dari penggabungan dan pemisahan gugus-gugus mini yang terdiri dari bintang-bintang dan gas.
Bintang-bintang paling tua dalam Bima Sakti ada di pusat galaksi, sedangkan bintang-bintang yang lebih muda tersedot ke dalam Bima Sakti oleh gravitasi selama beberapa miliar tahun.
Carollo mengatakan, "Sekarang, untuk pertama kalinya kita menunjukkan bahwa bintang-bintang purba ada di pusat galaksi dan bintang-bintang yang lebih muda ada di pinggirannya."
Bertambah Usia, Bintang Helium Berganti Warna
University of Notre Dame merupakan salah satu rekanan Sloan Digital Sky Survey dan para peneliti itu menggunakan data dari Sloan Digital Sky Survey guna mencirikan lebih dari 130.000 bintang bercabang biru.
Jika bewarna biru, artinya sebuah bintang membakar helium pada intinya namun kemudian berganti warna seiring bertambahnya usia.
Jenis bintang seperti ini adalah satu-satunya yang bisa ditebak usianya hanya berdasarkan warna. Jadi, peta warna-warni yang dihasilkan menunjukkan suatu hirarki. Bintang-bintang tertua ada di pusat galaksi, bintang-bintang lebih muda bertebaran di pinggiran.
Kata Beers, "Warna-warni yang ada, ketika bintang-bintang ada pada tahap evolusi masing-masing, berhubungan langsung dengan lama waktu kehidupan bintang, jadi kita bisa mengira-ngira usianya."
"Setelah kita miliki petanya, kita bisa menentukan bintang-bintang mana yang muncul duluan dan usianya dalam galaksi. Kita bisa memvisualisasikan bagaimana galaksi terbentuk."
Sementara itu, Carollo menjelaskan bahwa awan-awan gas mula-mula mengandung bahan-bahan awal, seperti hidrogen dan helium. Awan-awan gas itulah yang kemudian membentuk planet-planet.
Awan-awan gas yang berbeda massa dan kandungan gasnya berperilaku berbeda-beda.
Awan-awan gas yang lebih kecil membentuk satu atau dua generasi bintang-bintang. Mereka lalu bergabung dengan awan-awan lain dan kemudian tertarik gravitasi menuju pusat galaksi.
Sementara itu, awan-awan yang lebih besar membentuk beberapa generasi bintang (lebih muda) sebelum akhirnya saling bergabung.
Advertisement