Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia naik 1,5 persen seiring pelaku pasar fokus ada kemungkinan produsen utama minyak dunia setuju untuk mengendalikan produksi minyak.
Gerak harga minyak bervariasi juga lantaran menanti data pasokan AS. Harga minyak dunia untuk jenis Brent naik 72 sen menjadi US$ 47,98 per barel usai bergerak di kisaran US$ 46,97-US$ 48,10.
Sedangkan harga minyak jenis AS naik 67 sen ke level US$ 45,50. Sebelumnya harga minyak itu bergerak di kisaran US$ 44,55-US$ 45,58.
Harga minyak sempat sentuh level tertinggi dalam satu minggu pada awal pekan ini. Hal itu imbas Rusia dan Arab Saudi sepakat kerja sama menstabilkan pasar minyak.
Baca Juga
Advertisement
Harga minyak telah jatuh karena ketidakpastian terutama usai pertemuan di Doha pada April yang berakhir kegagalan untuk membahas hasil produksi produsen utama minyak.
"Pasar terus menjadi reaktif terhadap klaim kerja sama OPEC dan Rusia. Ini memberi keraguan atas diskusi dan pembicaraan mereka soal potensi koordinasi," tutur Partner Again Capital LLC John Kilduff seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (8/9/2016).
Negara OPEC dan Non OPEC seperti Rusia diharapkan membahas pengendalian produksi minyak pada pembicaraan informal di Aljazair pada 26-28 September 2016.
"Secara umum kita akan melihat harga masih di bawah tekanan. Pertemuan mendatang tidak akan menghasilkan banyak. Jika OPEC setuju membekukan produksi minyak, maka ini adalah rekor," ujar Analis Tyche Capital Advisor Tariq Zahir.
Selain pertemuan OPEC, data persediaan minyak mentah AS juga jadi sorotan. Diperkirakan persediaan minyak mentah AS tumbuh sekitar 200 ribu barel pekan lalu setelah naik selama dua bulan berturut-turut. (Ahm/Ndw)