Liputan6.com, Coventry - Sebuah penelitian baru di University of Warwick mengusulkan, kiamat bagi sistem tata surya kita bisa jadi disebabkan akibat kemunculan Planet Nine setelah Matahari mati.
Planet Nine 'ditemukan' oleh Dimitri Veras dari Departemen Fisika University of Warwick. Ia meyakini bahwa planet yang belum diketahui keberadannya itu terdapat di luar sistem tata surya kita.
Advertisement
Menurutnya, Planet Nine kemungkinan akan menghancurkan dan melenyapkan setidaknya satu dari planet-planet raksasa yang akan menyebabkan efek 'pinball' ke planet di sebelahnya.
Dikutip dari Science World Report, Kamis (8/9/2016), penelitian tersebut meyakini bahwa Matahari akan mati dalam tujuh miliar tahun ke depan. Pada saat itu, bintang besar itu akan mengembang, meledak, dan kehilangan setengah massanya.
Ledakan tersebut kemungkinan akan menelan Bumi dan planet lain di dekatnya, sebelum Matahari berubah menjadi katai putih--bintang yang sudah tak bersinar lagi. Kekuatan dari ledakan itu diprediksi cukup kuat untuk mendorong Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus ke jarak yang lebih aman.
Namun jika Planet Nine benar-benar ada, kelangsungan empat planet itu akan terancam.
Pasalnya, planet tersebut akan mendorong Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus ke dalam ritme mematikan yang berpeluang memicu kehancuran total dari sistem tata surya.
Veras menggunakan kode unik untuk membuat simulasi dan model guna menunjukkan kemungkinan posisi Planet Nine yang menentukan 'nasib' tata surya kita.
Jika Planet Nine memang berukuran sangat besar dan terletak jauh dari tata surya kita, terdapat kesempatan besar bagi planet itu untuk menciptakan kehancuran bagi empat planet yang tersisa.
Penelitian berjudul "The Fate of Solar system analogues with one additional distant planet" tersebut, bertujuan untuk memahami arsitektur planet di alam semesta. Studi itu telah dipublikasi di Monthly Notices of the Royal Astronomical Society.
Serupa dengan penelitian itu, studi lain menunjukkan bahwa hampir setengah dari katai putih memiliki sampel batuan yang kemungkinan berasal dari puing-puing bernasib serupa dengan apa yang dilakukan oleh 'Planet Nine' tata surya.
Namun, kematian Matahari dapat membuka jalan bagi evolusi sistem planet lain dengan menggunakan puing-puing planet yang bertabrakan.
"Keberadaan planet besar berjarak jauh bisa mengubah nasib tata surya kita. Uranus dan Neptunus, khususnya, mungkin tak lagi aman dari pergolakan kematian Matahari," jelas Veras dalam Phys.org.
"Nasib tata surya akan bergantung pada massa dan sifat orbital dari Planet Nine, jika planet itu benar-benar ada," imbuh dia.
Veras menambahkan, Matahari pada masa yang akan datang mungkin akan berubah menjadi katai putih yang tercemar oleh puing-puing berbatu, di mana Planet Nine bertindak sebagai katalis polusi.
Menurutnya, Matahari yang berubah menjadi katai putih itu mencerminkan pengamatan katai putih lain di seluruh Bima Sakti.
Planet Nine dan Isu Kiamat
Planet Nine, atau planet kesembilan dalam tata surya bukanlah Pluto.
Status Pluto sudah diturunkan sebagai planet katai (dwarf planet) oleh International Astronomical Union pada 2006.
Belakangan, para peneliti dari California Institute of Technology (Caltech) mengklaim menemukan eksistensi pengganti Pluto sebagai 'planet ke-9', meski itu baru sekadar teoritis.
Peluang terkait penemuan planet kesembilan yang ukurannya raksasa membuat sejumlah orang teringat mitos lama yang mengkhawatirkan: soal Planet X.
Planet X, yang juga dikenal sebagai Nibiru atau Marduk, diyakini sebagai planet ke-10 dalam tata surya.
Planet itu dikait-kaitkan dengan penyebab kiamat bagi Bumi. Sempat memicu heboh dan panik karena dikait-kaitkan dengan "ramalan" suku Maya soal akhir dunia pada 2012 lalu, yang untungnya tidak terwujud.
Planet X konon punya jalur orbital yang membawanya mendekat ke Bumi. Dan jika itu terjadi, bisa gawat.
Sebab, insiden itu bisa memicu tsunami, menyebabkan gempa, atau membangunkan gunung-gunung berapi.
Bukan itu saja. Jika 'demon planet' atau 'planet iblis' itu terlalu dekat dengan Bumi, ia bisa saja menyeret tempat tinggal manusia mendekat ke Matahari. Planet Biru pun akan berhenti berputar.
Kondisi itu bahkan diyakini bakal mengelupas kerak Bumi, seperti monyet mengupas pisang. Namun, jangan buru-buru khawatir, meski planet ke-19 benar adanya, ia belum tentu berbahaya seperti prediksi sejumlah orang.
Advertisement