Liputan6.com, Vientiane - Kunjungan 6 hari Presiden AS Barack Obama di Asia berakhir manis. Mesti diawali dengan beberapa insiden dari mulainya Obama mengikuti pertemuan G20 di China, hingga menghadiri KTT ASEAN di Laos.
Di Tiongkok, sempat terjadi insiden antara Penasihat Keamanan Nasional, Susan Rice dengan pejabat China.
Advertisement
Sementara menjelang kedatangan Obama di Laos, Presiden Filipina Rodgrigo Duterte menyebut Presiden AS 'anak perempuan jalang'.
Laos, menjadi negara pertama sekaligus tempat mengakhiri kunjungan Obama sebelum ia pensiun dari jabatan orang nomor satu di AS. Di negara itulah, setelah Obama 'menghapus dosa' AS dengan menggelontorkan dana bantuan pemusnahan sisa bom Perang Vietnam sebesar Rp 1,1 triliun, suami dari Michelle menikmati kelapa muda segar bersama para diplomat.
Tanpa rencana Obama menikmati sajian kelapa muda. Saat perjalanan melihat Sungai Mekong, Obama minta berhenti tatkala melihat seorang perempuan penjaja buah khas negeri tropis itu. Dengan sedotan, ia menikmati kesegaran kelapa muda.
Setelah menikmati kelapa, Obama mengunjugi candi Budha. Orang nomor satu AS itu terlihat lebih rileks dan nyaman berbicara dengan penduduk lokal.
"Bagian belahan Bumi di sini sangat berati bagi saya karena waktu kecil saya pernah tinggal di Indonesia," kata Obama seperti dikutip Liputan6.com dari CNN, Jumat (9/9/2016).
"Saat tadi berkendara menuju daerah ini, sangat familiar bagi saya. Semua mengingatkan saya dengan masa kecil. Itu yang membuat komitmen saya untuk memperdalam lagi hubungan AS dan Asia Tenggara," ujarnya di depan para biksu, murid dan mahasiswa dari berbagai negara Asia Tenggara.
Obama mengakui perjalanan kali ini ke Asia Tenggara merupakan kunjungan terakhirnya sebagai presiden AS. Ia bersikukuh segala strategi kebijakan AS terhadap Asia berjalan dengan lanjar. Namun, ia khawatir jika nanti penghuni Gedung Putih tak melanjutkannya.
"Jika Anda melihat pernyataan dari para pemimpin, jika Anda melihat pernyataan dari orang-orang biasa ... kekhawatiran yang saya dengar adalah apa yang kami lakukan belum penting dan sukses," kata Obama.
"Perhatian yang saya dengar adalah: Apakah akan berlanjut?"
Tersirat adalah bahwa beberapa warga di Asia bisa membayangkan apakah Donald Trump atau Hillary Clinton bisa mempertahankan tingkat komitmen yang sama seperti Obama.
Tak ada satupun kandidat yang mendukung perjanjian perdagangan seperti Trans-Pacific Partnership - yang dimaksudkan untuk menjadi mahkota pencapaian poros, atau "menyeimbangkan," kebijakan.
Dan sementara Hillary memuji pendekatan Presiden terhadap benua Asia, ada sedikit harapan capres Partai Demokrat itu akan melakukan hal yang sama.
"Harapan saya, penerus saya dapat mempertahankan hubungan AS dan Asia seperti sekarang ini. Karena banyak sekali yang terjadi di sini," tutup Obama.