Liputan6.com, Bogor - Pasangan suami istri Hendra Herdiana (35) dan Tati Sumiyati (33) hanya bisa pasrah, karena bayi mereka lahir tanpa tempurung kepala. Apalagi, menurut keterangan dokter usia bayi tak akan lama setelah dilahirkan. Kalau pun bisa hidup, ia akan mengalami gangguan fungsi kognitif.
Anak keempatnya itu mengalami cacat syaraf yang dinamakan enencephaly. Kondisi ini terjadi sebagian besar tulang tengkorak dan otak bayi tidak terbentuk. "Saya hanya bisa pasrah. Setiap malam tidak bisa tidur memikirkan anak saya," kata Tati, Sabtu (10/9/2016).
Advertisement
Kondisi yang dialami bayi laki-lakinya memang sudah diketahui sejak dalam kandungan. Namun, dokter tidak memberi tahu secara persis apa yang salah dari kondisi kandungan Tati.
"Saat pertama kali memantau perkembangannya melalui USG, dokter hanya bilang sabar dan pasrahkan saja, karena kemungkinan besar setelah bayi lahir tidak akan bertahan lama," ucap Tati.
Mendengar kabar itu, Hendra dan Tati syok berat. Bahkan, Tati sempat mengamuk dan memukuli perut hendak menggugurkan kandungannya. "Saya berusaha membujuknya supaya jangan terlalu percaya ucapan dokter," kata Hendra.
Yati kemudian memeriksakan kandungan di RSUD Cibinong, namun hasilnya tetap sama. Bahkan, pihak dokter menyarankan untuk segera dioperasi caesar.
"Di usia 8 bulan, dokter menyarankan untuk segera dioperasi cesar," kata dia.
Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Putra bungsunya lahir dengan selamat dengan berat 2,8 kilogram dan panjang 40,5 sentimeter.
Namun bayi yang lahir pada Rabu 7 September 2016 pukul 17.30 WIB itu, tanpa tempurung kepala. "Menurut dokter penyakit ini sangat langka," ujar Hendra sedih.
Saat ini, bayi mungil itu, masih dalam perawatan di ruang khusus RSUD Cibinong. Di dalam inkubator, bagian kepala bayi tersebut dibungkus kain.
"Kalau tidak dibungkus kain, kata dokter otaknya membesar dan si bayi juga rewel," ujar Hendra.
Hendra berharap ada bantuan perawatan dari pemerintah setempat maupun dermawan. Sebab menurut dokter, bayi ini harus discan dan dirawat secara khusus dengan kisaran biaya Rp1 juta per hari.
"Saya berharap ada bantuan uluran tangan dari semua pihak, terutama pejabat yang ada di Kabupaten Bogor," harap dia.
Sementara itu, Bupati Bogor Nurhayanti mengatakan, meski kedua orang tuanya sebagai peserta BPJS, ia berjanji akan membantu biaya perawatan dan memfasilitasi bayi tanpa tempurung kepala tersebut agar segera mendapat perawatan medis di rumah sakit di Jakarta.
"Insya Allah akan saya bantu untuk kelancaran perawatan bayinya," ujar Nurhayanti, Jumat 9 September 2016.
Saat ini, dokter rumah sakit sedang mencari referensi kemungkinan rumah sakit yang mampu merawat bayi malang itu.