Liputan6.com, Yogyakarta - Balai Arkeologi Yogyakarta mencermati kerusakan artefak-artefak situs prasejarah di aliran Sungai Oya di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menurun pascatren batu akik beberapa waktu lalu.
"Dalam pengamatan kami, sekarang sebenarnya sudah agak berkurang penyelewengan berupa perusakan artefak di Sungai Oya dari masyarakat. Tapi sampai sekarang masih ada," kata Peneliti dari Balai Arkeologi Yogyakarta Indah Asikin Nurani di Sleman, dilansir Antara, Minggu (11/9/2016).
Menurut dia, beberapa orang masih merusak artefak di Sungai Oya.
Baca Juga
Advertisement
"Mereka pura-pura tidak tahu kalau itu sebenarnya suatu artefak. Di Gunungkidul, di Pacitan, Jawa Timur, banyak ditemukan perusakan," kata Indah.
Mereka mengolah artefak tersebut menjadi batu akik kemudian diperjualbelikan. Selain itu juga dipakai untuk pengeras jalan.
"Sentra-sentra pembuatan batu akik itu banyak yang menggunakan artefak," kata dia.
Indah mengatakan, sosialisasi sebenarnya sudah dilakukan Balai Arkeologi Yogyakarta, bahkan lintas sektoral seperti bersama Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta maupun di Vulkanologi.
"Sosialisasi terus dilakukan kepada masyarakat, termasuk melalui pameran dan ceramah-ceramah," kata Indah.
Dia menjelaskan artefak memang banyak ditemukan di aliran Sungai Oya yang melewati Gunung Kidul dan Pacitan. Meski selama ini, di dua daerah tersebut belum juga ada temuan fosil manusia purba.
"Artefak yang ditemukan digunakan pada zaman paleolitikum dan mezolitikum. Selain itu pula banyak juga fosil hewan purba. Artefak maupun fosil ini yang digunakan untuk membuat batu akik maupun pengeras jalan," kata dia.
Balai Arkeologi Yogyakarta kembali melakukan survei di aliran Sungai Oya untuk bisa menemukan lebih banyak lagi artefak, terutama yang terkait dengan kehidupan manusia purba. "Survei ke bagian timur ke arah Pacitan, Jawa Timur," kata Indah.