Liputan6.com, Jakarta Korea Selatan dikabarkan punya niatan untuk memusnahkan ibu kota Korea Utara, Pyongyang jika pihak Kim Jong-un menunjukkan tanda-tanda bakal melakukan serangan nuklir terhadap wilayahnya.
Seorang sumber militer kepada kantor berita Yonhap mengatakan, setiap bagian dari Pyongyang, "akan hancur secara keseluruhan oleh misil balistik dan selongsong rudal dengan daya ledak tinggi."
Baca Juga
Advertisement
Seperti Liputan6.com kutip dari BBC Senin (12/9/2016), Yonhap adalah kantor berita yang didanai publik dan dikenal dekat dengan pemerintah Korsel.
Pejabat militer Korea Selatan mengatakan kepada Yonhap bahwa distrik di Pyongyang, yang menjadi pusat kepemimpinan Korut, akan menjadi target utama dalam serangan. "Kota itu bakal tinggal abu dan dihapus dari peta," kata sumber itu.
Kali ini, pihak Korsel menggunakan retorika yang sama yang kerap kali dilakukan Korut. Misalnya pada April 2016 lalu, rezim Kim Jong-un menggeluarkan mengeluarkan video propaganda berisi 'angan-angan' pihak Pyongyang, membombardir rudal ke kediaman resmi presiden Korea Selatan serta gedung-gedung pemerintah di Seoul.
Sekitar 10 hari sebelumnya, Korut mengeluarkan ancaman berupa rekaman menghancurkan Gedung Putih di Washington DC, Amerika Serikat.
Koresponden BBC di Korea, Steve Evans mengatakan, belakangan kritik terhadap pemerintah Korea Selatan -- yang upayanya untuk mengisolasi Korut ternyata gagal mencegah ambisi nuklir Kim Jong-un -- kian meningkat.
Ancaman yang disampaikan Seoul menyusul insiden pada Jumat 9 September 2016 lalu, di mana Korut melakukan uji coba nuklir yang kelima dan terbesar.
Aktivitas lindu 5,3 SR tak lazim yang terjadi di dekat lokasi fasilitas uji coba nuklir Korut itu terdeteksi oleh sejumlah lembaga pemantau gempa bumi dunia seperti Amerika Serikat (USGS), Jerman (GFZ), Jepang (JMA), Eropa (EMSC), juga Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG) pada Jumat pagi.
Sementara itu, Amerika Serikat sedang mempertimbangkan akan menjatuhkan sanksi, sebagai tambahan atas hukuman yang sebelumnya telah dijatuhkan oleh Dewan Keamanan PBB, Jepang, dan Korea Selatan.
"Korea Utara terus menghadirkan ancaman ke wilayah tersebut, kepada sekutu kami, juga terhadap diri kami sendiri. Kami akan melakukan segala hal yang dimungkinkan untuk mempertahankan diri dari ancaman," kata utusan khusus AS untuk Korut, Sung Kim.
Korea Utara sejatinya telah dilarang oleh PBB untuk melakukan uji coba teknologi nuklir atau rudal. Sejak uji coba pertama pada tahun 2006, PBB telah menjatuhkan lima sanksi.
Pihak Pyongyang merespons ancaman sanksi baru atas uji coba nuklirnya. "Saksi yang tak berarti...sangat menggelikan," demikian tanggapan Korut.
Pihak Korut mengatakan, uji coba terakhir pada Jumat lalu dilakukan pada "hulu ledak nuklir yang disesuaikan dengan standar untuk dapat dipasang pada roket balistik strategis".
Perkiraan terkait hasil uji coba terbaru tersebut bervariasi. Militer Korea Selatan mengatakan, daya ledaknya sekitar 10 kiloton -- yang menjadikannya uji coba nuklir terkuat yang pernah dilakukan Korut.
Sementara, sejumlah ahli mengatakan, indikasi awal menunjukkan kekuatannya 20 kiloton atau lebih.
Sebagai perbandingan, bom nuklir yang dijatuhkan oleh AS di Hiroshima pada tahun 1945 kekuatan ledakannya sekitar 15 kiloton.