Liputan6.com, Jakarta Ketika Amerika Serikat dan dunia memperingati 15 tahun insiden teror 11 September atau 9/11, pemimpin organisasi teror Al Qaeda, Ayman al-Zawahiri, menampakkan diri.
Penganti Osama bin Laden itu mengatakan peristiwa 9/11 bukan merupakan puncak teror. Dia menegaskan siap mengulangi teror tersebut seribu kali.
Pernyataan al-Zawahiri disampaikan melalui sebuah rekaman yang diunggah di akun berbagi video.
Al-Zawahiri mengatakan, teror 9/11 terjadi pemicunya adalah sikap Amerika Serikat yang terus memerangi mereka.
Baca Juga
Advertisement
"Kalian telah melancarkan serangan, tindakan kriminal melawan kami. Kami siap mengulangi serangan itu ribuan kali lagi," sebut al-Zawahiri seperti dikutip dari Daily Mail, Senin (12/9/2016).
Dalam video tersebut pria yang jadi buronan internasional ini pun menyoroti kebijakan Washington DC terhadap negara muslim dan warga Arab. Dia menyebut AS telah banyak mengeluarkan keputusan semena-mena.
"Mereka telah menduduki tanah kami, mendukung tindakan kriminal dan pemerintahan yang korup," sambung dia.
Tidak sampai disitu saja, al-Zawahiri pun mendesak para militan untuk bersatu melawan AS. Bahkan secara khusus dia meminta benua Afrika mengubah keyakinannya.
"Kalian di Benua Afrika harus menerapkan hukum Islam, itu akan menyelamatkan kalian dari hukum Amerika Serikat," ucapnya.
Sementara itu, dalam peringatan 9/11, Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan, AS menghadapi ancaman teroris yang berbeda dari apa yang terjaid pada 11 September 2001.
"Setelah memberikan "pukulan yang menghancurkan bagi Al Qaeda dan menegakkan keadilan untuk Osama Bin Laden, pelaku teror individu (lone wolf) kini berkeliaran melakukan serangan dari Boston ke San Bernardino ke Orlando," kata dia.
Obama menambahkan, persatuan warga AS menjadi kekuatan untuk menghadapi teror dan masa-masa tersulit yang terjadi di negaranya.
"Kita tahu bahwa keberagaman kita, warisan yang beraneka ragam bukanlah kelemahan, namun terus dan akan selalu menjadi salah satu kekuatan terbesar kita sebagai bangsa, "kata Obama.