Saham Samsung Jatuh 7 Persen Imbas Baterai Galaxy Note 7

Galaxy Note 7 dapat membebani reputasi Samsung, dan mempengaruhi harga sahamnya ke depan.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Sep 2016, 19:50 WIB
Samsung Galaxy Note 7 (galaxynote7info.com)

Liputan6.com, Hong Kong - Salah satu produk Samsung yang rawan kebakaran memberikan sentimen negatif untuk saham Samsung di awal pekan ini.

Saham Samsung turun 7 persen pada perdagangan saham Senin pekan ini usai perseroan meminta pemilik Galaxy Note 7 untuk berhenti menggunakan perangkat itu. Hal itu lantaran perhatian mereka terhadap potensi terbakar saat isi baterai.

Samsung pun mendesak pelanggan segera membawa Note 7 untuk pergantian. Apalagi ada peringatan dari otoritas penerbangan dan maskapai kalau Note 7 tidak boleh digunakan di pesawat pada akhir pekan lalu.

Kabar itu memberikan kekhawatiran kepada investor bagaimana Note 7 dapat memukul reputasi Samsung. Perseroan juga telah kehilangan kesempatan besar untuk lebih maju dari Apple yang telah meluncurkan iPhone 7.

"Jika pelanggan membeli sebuah handphone maka mereka akan membeli iPhone 7, dan tidak Note 7. Padahal sebelumnya Note 7 mendapatkan ulasan yang lebih baik sebelum iPhone 7 diluncurkan," ujar Analis Bernstein, Mark Newman seperti dikutip dari laman CNN Money, Senin (12/9/2016).

Sebelumnya Samsung menyatakan untuk menghentikan penjualan Note 7, dan menarik 2,5 juta perangkat itu di seluruh dunia. Adapun Analis mengatakan biaya recall atau menarik kembali dapat mencapai ratusan juta dolar Amerika Serikat (AS).

"Jika mereka benar meraba-raba, dan seluruh hal ini berlangsung lebih lama, maka ada tekanan lebih buruk, dan mungkin bisa menyakiti reputasi mereka, dan penjualan tahun depan. Ini faktor ketakutan yang mendorong saham turun," ujar Newmon.

Namun Newman melihat kalau sentimen negatif dari Galaxy Note 7 akan mereda dalam beberapa bulan. "Jangka panjang, Samsung adalah merek yang kuat dengan produk yang hebat," tutur dia.

Dia menambahkan, perusahaan ini akan mengatasi masalah tersebut dengan cepat. Ini berbeda dengan perusahaan Jepang yang lambat untuk atasi skandal airbag.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya