Liputan6.com, Tokyo - Sebuah penelitian di Tohoku University menyatakan bahwa pada 16 Agustus 3766, Jepang hanya akan dihuni 1 (satu) orang penduduk saja.
Selama 25 tahun belakangan, penduduk Jepang dilaporkan mengalami penurunan tingkat kelahiran. Tidak banyak anak yang dilahirkan. Tapi jumlah warga senior semakin bertambah setiap tahunnya.
Dikutip dari Herald.ie, Senin (12/9/2016), tren mengerikan tidak memiliki anak itu kini telah mencapai batas mengkhawatirkan. Ditakutkan hal tersebut dapat memicu aktifnya 'bom waktu' demografis berupa atau berkurangnya warga usia produktif dibanding mereka yang tak produktif.
Baca Juga
Advertisement
Ketika hal itu terjadi gaya hidup dengan tingkat kesuburan yang rendah ini dapat menyebabkan menyusutnya atau menghilangnya generasi penerus.
Penelitian yang dilakukan oleh Hiroshi Yoshida dan Masahiro Ishigaki, ahli ekonomi dari Tohoku University, didasari oleh data kependudukan dan kesuburan dari tahun 2014 hingga 2015.
Pada April 2014, tercatat ada sekitar 16,32 juta anak-anak. Namun angka tersebut menurun pada 2015. Tercatat sebanyak 16,17 juta anak yang mengartikan populasi anak berkurang sebanyak 153 ribu jiwa.
Data yang dimiliki oleh Yoshida dan Ishigaki memperkirakan ada sekitar 16 juta anak-anak yang kini hidup di Jepang.
Angka itu makin mengkhawatirkan, karena terus menurun setiap tahunnya. Jika hal tersebut terus berlanjut, 1.750 tahun mendatang, Jepang akan 'punah'.
Sebuah survei yang baru-baru ini dilaksanakan oleh Japan Family Planning Association, mengungkapkan bahwa 49,3 persen responden berusia 18-49 tahun tidak melakukan hubungan seksual selama satu bulan belakangan.
Angka itu bertambah dari hasil penelitian serupa yang dilakukan 2 tahun yang lalu. Hampir 10 persen.
Pria dan wanita Jepang cenderung tidak menginginkan hubungan intim. Mereka lebih mendedikasikan waktu mereka untuk bekerja.
Hal ini menunjukkan sebuah pola hidup yang tidak seimbang di banyak negara industri, terutama Jepang.
Pria terkadang bekerja selama 80 jam dalam 1 minggu, mengakibatkan waktu dan tenaga mereka terkuras untuk melakukan seks.
Sementara wanita menghadapi dilema mengejar karir mereka tau membangun sebuah keluarga.
Seperti kebanyakan perempuan di negara industri, kaum hawa di Jepang menunda pernikahan atau menikah pada usia yang sangat muda.
Ketika mereka dihadapkan harus memilih pekerjaan atau keluarga, kebanyakan akan memilih karier.
Dari hasil penelitian Yoshida dan Ishigaki tersebut dapat disimpulkan bahwa penduduk Jepang akan punah dalam beberapa abad ke depan, jika mereka tidak mengubah tren hidup tidak melakukan hubungan seksual itu.