Liputan6.com, Jakarta - Ratusan personel gabungan dari Brimob, Sabhara, dan Satpol PP terpencar di beberapa titik di dekat Pasar Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Beberapa di antaranya membawa senjata gas air mata dan senapan laras panjang. Tidak jauh dari lokasi, tameng besi disiagakan untuk mengantisipasi bila ada aksi penolakan kegiatan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Hari ini Ahok dijadwalkan meresmikan Pasar Kebon Bawang. Personel polisi bermotor wara-wiri di lokasi peresmian. Diduga, pengamanan ketat ini adalah antisipasi aksi massa yang menolak kedatangan Ahok dalam setiap blusukannya.
Advertisement
Disinggung mengenai banyaknya personel yang mengelilinginya, Ahok mengaku tidak tahu. Dia menyerahkan hal itu sepenuhnya kepada pihak kepolisian.
"Saya enggak tahu, kamu tanya polisi. Dia enggak mau risiko kali. Intel yang lebih tahu, kan tiap kali kita diancam," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta, Selasa (13/9/2016).
Ahok mengatakan, dia tidak pernah meminta penambahan pengamanan. Sebab Ahok tidak takut dengan ancaman apa pun.
Mantan Bupati Belitung Timur ini membantah bila operasional pengamanan itu dirogoh dari kocek APBD DKI Jakarta.
"Kita enggak pernah pakai APBD," ucap Ahok saat disinggung mengenai anggaran pengamanannya.
Sebelumnya, Ahok sempat ditolak warga saat meresmikan Pasar Kampung Duri, Jalan Duri Raya, Jakarta Barat, Jumat 9 September 2016. Puluhan warga menggelar spanduk tolak Ahok.
Akhir Agustus 2016, Ahok juga mendapat ancaman dari warga yang mengatasnamakan Forum RT/RW se-Jakarta Timur. Saat itu Ahok hendak meresmikan Ruang Publik Terbuka Ramah Anak (RPTRA) di Rumah Susun Cipinang Besar Selatan, Jatinegara. Namun, hingga peresmian rampung, ancaman demonstrasi warga itu tidak tampak.
Pada 24 Juni 2016, bentrok massa menolak Ahok dengan aparat. Saat itu Ahok hendak meresmikan RPTRA di Penjaringan, Jakarta Utara. Dua polisi terluka terkena lemparan batu massa yang beringas. Selain juga kendaraan operasional polisi yang dirusak massa.