Liputan6.com, Situbondo - Sapi dan kambing di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur tampil cantik sebelum dikurban. Mereka dirias bak pengantin lalu diarak berkeliling desa.
Hewan-hewan kurban tersebut dipakaikan kalung kain, tutup kepala warna-warni, dan kedua tanduknya dipasang perhiasan dari bahan emas. Tubuh mereka juga disemprotkan wewangian.
Kambing dan sapi tersebut merupakan sumbangan tokoh masyarakat warga Desa Talkandang, Kecamatan Kota Situbondo, Nur Muhammad Khalid (46). Dia tak pernah absen menyumbangkan hewan kurban setiap tahunnya untuk dibagikan kepada para kaum duafa.
Pada Idul Adha tahun ini, pria yang akrab dengan panggilan Muhammad itu menyembelih seekor sapi yang bobotnya mencapai 1.170 kilogram atau satu ton 170 kilogram dan dua ekor kambing.
Tidak hanya dirias bak pengantin, sapi kurban yang pernah terpilih menjadi juara pertama pada lomba Kontes Ternak Sapi di Provinsi Jawa Timur pada 2015 itu juga diarak mengelilingi jalan desa tempat Muhammad tinggal.
Baca Juga
Advertisement
Tabuhan musik rebana turut mengiringi iring-iringan tersebut. Banyak warga yang berkerumun di pinggir jalan untuk menyaksikan arak-arakan sapi berukuran besar dan dua kambing kurban itu.
"Ini cara kami menyiarkan agama Islam, dalam rangka merayakan Hari Raya Idhul Adha tahun ini. Tujuan kami tidak lain hanya ingin berbagi, dengan para kaum duafa dan anak yatim yang ada di pinggiran Kota Santri ini," kata Muhammad, seperti dikutip dari Antara, Selasa (13/9/2016).
"Sapi ini saya beli seharga Rp 70 juta dan saya memilih sapi yang bagus serta gemuk atau banyak dagingnya. Ini juga sesuai dengan anjuran Nabi. Karena hewan kurban inilah yang nantinya akan menjadi kendaraan kita di surga," ucap dia.
Seperti Nabi Ismail
Menurut Muhammad, hewan kurban miliknya sengaja dirias dan juga diberi wewangian untuk mengikuti apa yang pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS saat mendapatkan perintah dari Allah untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS.
"Karena ketika itu sebelum berangkat menuju tempat penyembelihan, Nabi Ismail juga dihias dan diberi wewangian oleh ibunya Siti Hajar," ujar dia.
Sementara itu, warga desa setempat mengaku terhibur dengan apa yang dilakukan Muhammad. Seperti yang dirasakan Sugiharto.
"Pak Haji memang setiap tahun berkurban, dan seakan sudah menjadi tradisi panitia kurban yang ditunjuk oleh Pak Haji untuk melakukan arak-arakan hewan kurban dengan mengelilingi jalan desa kami," tutur Sugiharto.
Sementara itu, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kabupaten Situbondo KH Abdullah Faqih Ghufron memiliki pandangan berbeda. Ia justru khawatir arak-arakan hewan kurban itu akan mengarah pada perbuatan ria atau pamer yang dilarang oleh agama.
"Kalau hewan yang mau disembelih untuk kurban diarak keliling desa itu namanya pamer (riya). Tetapi kalau yang mengadakan arak-arakan hewan kurban itu panitia tidak apa-apa, namun panitia tidak boleh juga menyebutkan nama orang yang berkurban," ucap Abdullah.
Advertisement