Liputan6.com, Kuala Lumpur - Tuduhan terhadap istri Perdana Menteri Malaysia Najib Razak kembali muncul. Serupa dengan tudingan sebelumnya, Rosmah Mansor diduga menghabiskan kekayaannya untuk berbelanja barang-barang bermerek.
Kali ini Wall Street Journal (WSJ) mengklaim, sejumlah dokumen terbaru mengungkap bahwa tagihan kartu kredit Rosmah telah mencapai angka US$ 6 juta (Rp 79 miliar) sejak 2008 hingga 2015 yang digunakannnya untuk membeli pakaian, sepatu, dan perhiasan mahal dari Harrods London, Saks Fifth Avenue New York, dan sejumlah tempat lain.
Advertisement
Menurut laporan tersebut, Rosmah telah mengeluarkan US$ 1 juta (Rp 13,1 miliar) dari 'pengeluaran' US$ 6 jutanya untuk membeli perhiasan dan pakaian di beberapa toko di Eropa dan AS pada 2014. Demikian seperti dikutip dari Asian Correspondent, Selasa (13/9/2016).
Menurut WSJ, PM Najib membayar tagihan itu diduga menggunakan kartu kredit dengan menarik dana dari 1Malaysia Development Berhad (1MDB).
1MDB merupakan perusahaan yang dibentuk oleh PM Najib pada 2009 untuk mengubah Kuala Lumpur menjadi pusat keuangan. Namun pada 2015, perusahaan tersebut tak memenuhi pembayaran hutang. Departemen Kehakiman AS pun menduga, dana itu disalahgunakan untuk membiayai hidup mewah sejumlah orang termasuk pejabat publik.
WSJ yang selama satu tahun terakhir menerbitkan paparan mengenai jaringan dana 1MDB, menyebut bahwa Rosmah tak memiliki sumber pendapatan lain selain dari gaji suaminya yang merupakan seorang perdana menteri.
Media itu juga menambahkan, meski Rosmah pernah bekerja, namun ia berhenti setelah menikah dengan Najib. Wanita kelahiran 10 Desember 1951 tersebut juga kerap disoal atas selera mewahnya.
Pada awal tahun itu, sejumlah media mengabarkan bahwa Rosmah telah mengeluarkan US$ 200.000 (Rp 2,6 miliar) untuk membeli tas Hermes Birkin yang dijual dalam sebuah lelang.
Namun ajudan Rosmah menyangkal hal tersebut dan tuduhan lainnya. Ia menyebut pengusaha Low Taek Jho, sosok kunci lain dalam skandal 1MDB, telah membiayai kegiatan shopping-nya.
Menurut sejumlah laporan, Rosmah telah mengenal Low cukup lama dan merupakan sosok yang mengenalkannya dengan Najib.
Sementara itu, upaya WSJ untuk menghubungi Rosmah dan Najib terkait laporan tersebut belum membuahkan hasil.
Pada Juli 2016, Kementerian Kehakiman AS (DoJ) mengajukan gugatan untuk menyita dana perusahaan negara 1MDB Malaysia lebih dari US$ 1 miliar, atau setara dengan Rp 13 triliun atas dugaan penyalahgunaan.
Julukan misterius pun tertera dalam gugatan DoJ atas badan investasi negara Malaysia, yakni 1MDB: 'Malaysian Official 1' atau biasa disebut MO1.
Gugatan hukum tidak menyebut siapa gerangan pemilik identitas tersebut. Namun, sejumlah orang menerka, itu adalah Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak.
Datuk Abdul Rahman Dahlan, dalam pernyataannya pada Kamis 1 September 2016 mengakui, pejabat tinggi yang bertanggung jawab atas 1MDB, yang disebutkan 36 kali oleh AS Juli lalu adalah Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.
"Sudah jelas bahwa apa yang disebut 'Malaysian Official 1' oleh Departemen Kehakiman AS adalah Perdana Menteri kita," kata dia, seperti dikutip dari Straits Times.
Namun, ia menambahkan, belum tentu PM Malaysia bersalah dalam skandal 1MDB.
Ia menambahkan, Malaysian Official 1 bukan subjek gugatan Departemen Kehakiman AS.
"Apalagi, berdasarkan investigasi yang komprehensif oleh sejumlah pihak berwenang, Perdana Menteri kita telah dibersihkan dari segala tuduhan. Jadi, faktanya sudah jelas," kata dia.