Pengembang Ingin Pelonggaran DP Dibarengi Penurunan Bunga KPR

Menurut Bally, besaran uang muka rumah pertama sebesar 15 persen itu sudah maksimal dan cukup ideal

oleh Muhammad Rinaldi diperbarui 13 Sep 2016, 17:49 WIB
Jika Anda sudah mantap membeli rumah, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan uang muka (down payment/DP).

Liputan6.com, Jakarta Langkah Bank Indonesia yang kembali melakukan pelonggaran aturan mengenai Loan to Value (LTV) untuk beberapa kategori kepemilikan rumah, salah satunya penurunan uang muka atau down payment (DP) pembelian rumah pertama diprediksi bakal meningkatkan permintaan rumah segmen menengah atas. Pasalnya dua tahun terakhir permintaan residensial di segmen ini mengalami penurunan signifikan.

“Pelonggaran ini sangat positif untuk daya beli konsumen, meski harusnya juga diikuti dengan penurunan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA),” ungkap Presiden Direktur PT Riyadh Group, Bally Sahputra kepada Liputan6.com, Selasa (13/9/2016).

Menurut pengembang Apartemen Pancoran Riverside itu, mayoritas pembeli rumah di segmen menengah lazimnya menggunakan kredit bank, namun karena adanya ketentuan ketat uang muka, sebagian menunda pembelian atau beralih ke pembayaran secara tunai. Dengan adanya pelonggaran ini diharapkan konsumen atau investor yang sempat menunda pembelian akibat besaran uang muka yang tinggi bakal mulai berminat kembali.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) yang terbaru, uang muka untuk rumah pertama yang sebelumnya ditetapkan sebesar 20 persen, diturunkan menjadi 15 persen. Demikian juga dengan rumah kedua turun jadi sebesar 20 persen, dari ketentuan sebelumnya sebesar 25 persen.

Menurut Bally, besaran uang muka rumah pertama sebesar 15 persen itu sudah maksimal dan cukup ideal. Di satu sisi uang muka juga merupakan bentuk komitmen dan keseriusan pembeli untuk membayar KPR. Selain itu, banyak pengembang yang juga menawarkan diskon uang muka, sehingga sangat meringankan beban pembeli. Riyadh Group misalnya masih menawarkan uang muka nol persen untuk unit ready stock di Pancoran Riverside guna menarik minat konsumen.

Dia justru mendorong penurunan suku bunga KPR dan KPA dibanding pemerintah menurunkan lagi besaran uang muka. Idealnya, kata Bally, suku bunga KPR dan KPA bisa single digit yakni sebesar 5 persen-7 persen. Tidak seperti sekarang yang masih tinggi di kisaran 9 persen-12 persen, padahal bunga acuan BI kini sudah berada di level 7 persen dan cenderung terus menurun.

"Dulu pada 2011-2012 suku bunga KPR pernah 8 persen, dan waktu itu properti booming," ujarnya.

Menurut riset Indonesia Property Watch (IPW), setiap penurunan 1 persen bunga KPR akan meningkatkan potensi pasar KPR sebesar 4 persen-5 persen. Kalau suku bunga KPR dan KPA bisa ditekan hingga satu digit, disebutkan peningkatan pembelian properti melalui skema KPR bisa tumbuh 10 persen-25 persen.

Bally memprediksi permintaan hunian di segmen menengah atas baru akan terasa meningkat di semester kedua 2017 terutama pasca masyarakat melaporkan dan membersihkan seluruh aset-asetnya melalui program pengampunan pajak (tax amnesty) pada Maret 2017.

"Pasar residensial menengah atas baru akan benar-benar pulih pada 2018. Namun ini sekali lagi tergantung dari regulasi yang dibuat pemerintah termasuk menyangkut suku bunga KPR," papar Bally.

Riyadh Group melalui anak usahanya PT Graha Rayhan Tri Putra saat ini sedang memasarkan proyek apartemen Pancoran Riverside di Kelurahan Pengadegan, Jakarta Selatan. Dari tiga tower yang konstruksi sudah selesai dibangun, pengembang ini masih memasarkan 150 unit lagi, dengan kisaran harga sekitar Rp 550 jutaan per unit.

Khusus untuk unit ready stock selain program tanpa uang muka, ditawarkan juga program subsidi selisih suku bunga dari pengembang selama satu tahun.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya