Penurunan Harga Minyak Tekan Wall Street

Sektor energi dalam indeks S&P 500 turun 2,9 persen dan menjadi pendorong utama pelemahan Wall Street.

oleh Arthur Gideon diperbarui 14 Sep 2016, 04:35 WIB
Sektor energi dalam indeks S&P 500 turun 2,9 persen dan menjadi pendorong utama pelemahan Wall Street.

Liputan6.com, New York - Wall Street tertekan pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pelemahan bursa saham di Amerika Serikat (AS) tersebut karena konsumen dan produsen minyak memperkirakan bahwa banjir pasokan bakal bertahan sampai tahun depan.

Mengutip Reuters, Rabu (14/9/2016), Dow Jones industrial average melemah 258,32 poin atau 1,41 persen ke 18.066,75. S&P 500 turun 32,02 poin atau 1,48 persen ke angka 2.127,02. Sedangkan Nasdaq Composite turun 56,63 poin atau 1,09 persen ke level 5.155,26.

Terdapat dua faktor utama yang menjadi penekan Wall Street pada perdagangan Selasa. Faktor pertama adalah penurunan harga minyak dan faktor kedua adalah rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS.

Sektor energi dalam indeks S&P 500 turun 2,9 persen dan menjadi pendorong utama pelemahan Wall Street. Sedangkan sektor keuangan melemah 1,8 persen.

The International Energy Agency mengatakan bahwa telah terjadi penurunan yang cukup tajam pertumbuhan permintaan minyak dunia. Selain itu, terjadi juga peningkatan pasokan minyak yang cukup besar.

Dengan dua indikator tersebut, The International Energy Agency memperkirakan bahwa dunia akan banjir minyak mentah setidaknya sampai dengan semester I 2017 nanti.

Komentar dari The International Energy Agency tersebut melanjutkan perkiraan yang telah dikeluarkan oleh organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) yang menyatakan bahwa surplus minyak mentah masih akan berlanjut sampai tahun depan.

Sedangkan sektor keuangan Wall Street terjatuh karena prospek kenaikan suku bunga Bank Sentral AS yang lemah. Pelaku pasar melihat bahwa kemungkinan Bank Sentral AS menaikkan suku bunga pada pertemuan 20-21 September nanti kecil.

Tiga pejabat Bank Sentral AS pada Senin kemarin mengeluarkan pernyataan bahwa kemungkinan kenaikan suku bunga cukup berat. Pernyataan ini bertolak belakang dengan pernyataan pejabat lain pada pekan sebelumnya.

"Pelaku pasar tidak bisa terburu-buru memutuskan karena banyak sekali pendapat yang beredar dan semuanya sangat berbeda," jelas Jim Tierney, CIO U.S. Concentrated Growth di AllianceBernstein, New York, AS. (Gdn/Ndw)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya