Liputan6.com, Hamburg - Kualitas mobil-mobil buatan Jerman, katakanlah Volkswagen (VW) atau BMW, tak beda jauh dengan mobil Jepang, semisal dari Toyota atau Honda. Namun ini tidak secara otomatis mengerek penjualan mereka, terutama di ASEAN.
Faktanya, sebagaimana dikutip dari Asia Nikkei, Kamis (15/9/2016), di ASEAN pangsa pasar VW hampir mendekati nol persen. Padahal di bagian dunia lain, Volkswagen Group selalu bisa menguasai minimal 15 persen pangsa pasar. Bahkan di Tiongkok, lima dari 10 mobil terlaris tahun lalu adalah merek VW.
Baca Juga
Advertisement
Total, dari 3 juta lebih mobil yang terjual di ASEAN tahun lalu, pabrikan asal Jepang menguasai pangsa pasar sebesar 85 persen. Sisanya dibagi antara merek Jerman, Korea Selatan (Kia, Hyundai), dan pabrikan lokal seperti Proton (Malaysia).
Mengapa hal ini bisa terjadi? Uli Kaiser, pengamat industri otomotif dari AutoBooks, mengatakan bahwa VW salah strategi, bahkan sejak pertama masuk pasar ini, yaitu sebelum krisis finansial melanda Asia pada 1997.
VW, menurutnya, tak pernah mau untuk membuat pabrik di ASEAN, mereka justru lebih membangunnya di Tiongkok. "Mereka selalu menemukan alasan untuk mendirikan lima pabrik di Tiongkok, tapi tidak satu di Thailand," ujarnya.
"Sekarang mereka berdiri di sana dengan tangan kosong, yang mungkin saja bukan bagian dari rencana dewan eksekutifnya," tambah Kaiser.
Menurut Kaiser, salah satu sebab keengganan tersebut adalah VW menganggap wilayah ini cukup rentan, baik oleh bencana alam atau kondisi politik. "Semuanya menakutkan VW, sementara saingan Jepang mereka tetap melaju ke depan," ujar Kaiser.
Sampai berita ini diturunkan, VW tidak memberikan komentar apapun.