Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen pada 2016 masih dianggap realistis. Konsumsi masyarakat dan belanja pemerintah bakal menjadi motor pertumbuhan ekonomi.
Head of Sales and Distribution PT Ashmore Asset Management Indonesia, Steven Satya Yudha mengatakan, inflasi yang rendah pada tahun ini akan mendorong konsumsi masyarakat.
"Saya pikir 5 persen tahun ini masih realistis. Konsumsi nanti kuartal keempat membaik karena bisa lihat periode inflasi yang rendah yang kita alami dalam 10 tahun terakhir ada impact daya beli," kata dia di sela acara market update yang digelar Commonwealth Bank di Jakarta, seperti ditulis Kamis (15/9/2016).
Hal tersebut juga ditambah oleh stimulus yang diberikan pemerintah. Pemerintah sendiri telah membuat kebijakan untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
Baca Juga
Advertisement
"Pemerintah sudah kasih insentif untuk masyarakat kelas menengah ke bawah. Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, tax insentif pendapatan minimum sudah cukup banyak stimulasi konsumsi," jelas dia.
Dari belanja pemerintah diperkirakan juga akan naik. Hal berkaca dari pengalaman dari tahun ke tahun. "Tahun lalu semester pertama hanya 20 persen tapi akhir tahun 90 persen," jelas dia.
Pada tahun depan, dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen sampai 5,1 persen. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih belum kencang karena memperhitungkan dari sisi ekspor.
Dia menambahkan, pertumbuhan ekonomi tahun depan juga ditentukan oleh keberhasilan tax amnesty atau pengampunan pajak. "Pertumbuhan ekonomi tahun depan ditentukan tax amnesty," tutur Steven. (Amd/Ahm)