Ternyata, Sianida Pernah Jadi Alat Bunuh Diri Massal Sekte Sesat

900 pengikut Kenisah Rakyat melakukan bunuh diri massal dengan meminum minuman yang telah dicampur valium dan sianida.

oleh Citra Dewi diperbarui 15 Sep 2016, 20:10 WIB
Jim Jones dikenal sebagai sosok berkarisma (jonestown.sdsu.edu)

Liputan6.com, Georgetown - Lebih dari 900 pengikut sekte People's Temple atau Kenisah Rakyat memutuskan melakukan bunuh diri massal di sebuah hutan di Guyana, sebuah negara di Amerika Selatan. Peristiwa yang terjadi pada 18 November 1978 dan dikenal sebagai Jonestown Massacre pun sontak menggegerkan dunia.

Pemimpin sekte, Jim Jones, juga turut tewas. Tak seperti pengikutnya yang meninggal akibat meminum minuman berwarna merah yang telah dicampur dengan valium dan sianida, ia memilih untuk menembak kepalanya sendiri.

Lalu, siapakah sosok Jim Jones dan bagaimana kisah nekat Kenisah Rakyat?

James Warren Jones atau dikenal dengan Jim Jones merupakan pria asal Crete, Indiana, yang lahir pada 13 Mei 1931. Ia lahir dari pasangan James Thurman Jones, veteran Perang Dunia I, dan Lyentte Jones.

Dilansir dari Biography, Jones memulai pencarian agamanya sendiri sejak usia 10 tahun dan mulai menunjungi gereja-gereja di kota kecil. Ia juga berkhotbah kepada kepada anak-anak lain yang tinggal di sekitarnya.

Jim Jones (Wikipedia)

Jones dikenal sebagai pelajar yang memiliki keterampilan berbicara di depan umum. Sebagai remaja, ia tak suka berdansa dan minum-minuman keras karena dianggapnya sebagai perilaku berdosa.

Setelah orangtuanya bercerai, Jones dan ibunya pindah ke Richmond, Indiana. Di sana ia bekerja di sebuah rumah sakit dan bertemu dengan mahasiswa keperawatan bernama Marceline Baldwin.

Setelah lulus dari sekolah menengah atas pada Desember 1948, Jones melanjutkan sekolahnya di Indiana University. Setelah menyelesaikan satu semester kuliahnya, pada 12 Juni 1949 Jones menikah dengan Marceline dan mengadopsi beberapa anak.

Perjalanan Kenisah Rakyat

Pada 1952 Jones mendapat pekerjaan sebagai pastor mahasiswa di Gereja Metodis Somerset di Indianapolis. Pada tahun berikutnya ia tertarik dalam layanan rasial terintegrasi, namun ketertarikannya itu tak dimiliki oleh gerejanya.

Jones pun memutuskan untuk membuat cabang dan membentuk Sayap Kebebasan pada 1955. Tak lama setelahnya, gereja tersebut dikenal dengan Kenisah Rakyat. Untuk membantu menambah pengikutnya, ia membeli sebuah stasiun radio AM lokal untuk menyebarkan khotbah-khotbahnya.

Pada pertengahan 1960-an, Jones dan 100 pengikutnya pindah ke California Utara. Mereka tinggal di daerah kota terpencil, yakni Ukiah dan Redwood Valley.

Jim Jones memposisikan dirinya sebagai 'bapak dari semua' (Califronia Digital Library)

Jones pun memperluas perekrutan anggotanya pada awal 1970-an. Ia mulai berkhotbah di San Fransisco dan membuat cabang baru di sana.

Dengan ciri khas kacamata hitam, jas, dan rambut hitam disisir ke belakang, Jones merupakan sosok yang mengesankan di atas mimbar. Retorika yang berapi-api dan pengakuannya dapat melakukan penyembuhan, terus membuat orang-orang tertarik bergabung dengannya.

"Ia merupakan sosok karismatik dan menarik orang-orang yang merasa rentan atau kehilangan haknya karena alasan apapun," ujar salah seorang mantan pengikut Kenisah Rakyat, Teri Buford O'Shea.

Jim Jones dikenal sebagai sosok berkarisma (jonestown.sdsu.edu)

Walaupun Jones melarang pengikutnya untuk terlibat dalam hubungan asmara, namun ia sendiri dilaporkan pernah beberapa kali berselingkuh, termasuk dengan pengelola gereja, Carolyn Layton. Ia juga memposisikan dirinya sebagai 'bapak dari semua'.

Menurut keterangan Teri seperti yang dilansir The Atlantic, Jones juga merupakan pecandu narkoba, walaupun pemimpin sekte itu melarang anggotanya untuk mengonsumsi barang haram tersebut.


Bunuh Diri Massal di Guyana

Kenisah Rakyat Pindah ke Guyana

Pada 1974, Jones membeli tanah di Guyana untuk membangun tempat untuk dirinya dan pengikutnya. Ia menjadi semakin paranoid ketika pindah ke lokasi yang dijuluki Jonestown itu bersama dengan 1.000 pengikut.

Tak seperti tempat ideal yang dibayangkan pengikutnya, Jones mengelolanya itu seperti kamp penjara. Di sana orang-orang hanya menerima sedikit makanan. Mereka pun tak diizinkan meninggalkan lokasi, di mana daerah perbatasannya dijaga oleh orang bersenjata.

Takut mendapat serangan dari pengikutnya sendiri, Jones mulai melakukan latihan bunuh diri yang dikenal dengan White Nights. Ia membangunkan pengikutnya pada malam hari.

Pintu masuk ke Jonestown di Guyana (C-Span)

Di sana pengikutnya diberitahu bahwa mereka harus meminum cairan berwarna merah mengandung racun. Setelah 45 menit, mereka diberitahu tak akan mati karena hal itu hanyalah cara Jones menguji kesetiaan pengikutnya.

Pada September 1977, Jones mengancam akan melakukan bunuh diri massal untuk mencegah Pemerintah Guyana mengambil tindakan terhadapnya.

Mantan pengikut Kenisah Rakyat, Grace Stoen, meminta pemerintah untuk membantunya mendapatkan kembali hak asuh anaknya. Sementara mantan pengikut lain, Deborah Layton Blakely, telah berbicara di depan umum bahwa dirinya menentang Jones.

Akhirnya pada November 1978, seorang anggota kongres dari California, Leo J Ryan, memutuskan untuk menyelidiki Jonestown.

Bunuh Diri Massal di Guyana

Pada 18 November 1978, Ryan berkeliling Jonestown dan diikuti kru televisi. Ia mengundang siapa pun yang ingin meninggalkan lokasi itu untuk ikut dengannya. Namun operasi penyelamatan itu tak berjalan seperti yang direncanakan.

Siang itu Ryan bersama dengan beberapa anggota Kenisah Rakyat dibawa ke sebuah landasan udara di Port Kaituma. Di sana mereka diserang oleh anggota bersenjata Kenisah Rakyat yang dikirim oleh Jones.

Penembakan itu menyebabkan lima orang tewas, mereka adalah anggota kongres Ryan, koresponden dan juru kamera Don Harris dan Bob Brown, fotografer San Francisco Examiner Greg Robinson, dan salah satu pembelot Patricia Parks.

Jasad yang diangkut dari peristiwa Jonestown Massacre (AFP)

Sementara itu di Jonestown, Jones mengadakan apa yang disebutnya sebagai 'bunuh diri revolusioner'. Sianida dan valium dicampur ke dalam minuman serbuk dan dibagikan kepada pengikutnya.

Korban meninggal pertama adalah anak-anak, dan mereka yang menolak untuk minum dipaksa oleh penjaga bersenjata. Dalam peristiwa itu, lebih dari 900 orang meninggal, di mana 276 di antaranya adalah anak-anak.

Namun Jim Jones memilih cara lain. Di kelilingi oleh orang terdekatnya, ia tewas dengan menembak kepalanya sendiri. Jasadnya ditemukan di area berkumpul utama Jonestown, bersama dengan istrinya, suster Annie Moore, dan anggota level atas Kenisah Rakyat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya