Liputan6.com, Jakarta - Beberapa instrumen investasi bakal menjadi menarik pada tahun ini. Selain dipengaruhi penerapan program tax amnesty atau pengampunan pajak, instrumen itu menarik karena dipengaruhi oleh sentimen dari global.
Executive Vice President Head of Wealth Management & Customer Segments Commonwealth Bank, Ivan Jaya, mengatakan bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) batal menaikkan suku bunga, maka obligasi dapat dijadikan koleksi investasi.
"Apabila The Fed tidak menaikkan suku bunga membuka ruang Bank Indonesia menurunkan suku bunga, obligasi menarik," kata dia kepada Liputan6.com seperti ditulis di Jakarta, Kamis (15/9/2016).
Baca Juga
Advertisement
Penerapan program tax amnesty membuat pasar modal menjadi menarik. Itu tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus melesat beberapa waktu terakhir.
Ivan mengatakan, reksadana saham juga bisa menjadi pilihan menarik untuk saat ini.
"Pasar saham masih ada potensi menguat terutama PE ratio untuk ke depan bisa dibilang akan lebih atraktif. Kita lihat potensi penguatan pasar saham, beberapa analis memperkirakan ke level 5.700 ada 5.900. Dengan koreksi sekarang saat tepat mempunyai sedikit alokasi di reksa dana saham," jelas dia.
Tentu saja, hal tersebut menimbang profil risiko masing-masing orang. Dia menyarankan untuk yang orang dengan profil risiko rendah sebaiknya memilih instrumen lain.
"Kami sarankan nasabah memiliki porsi untuk dua instrumen tersebut. Tapi tergantung profil risiko nasabah. Kalau moderat kami sarankan alokasi agak berbeda ke profil risiko tinggi," kata dia.
Terkait tax amnesty, dia mengatakan sangat menarik bagi masyarakat. Dari nasabah yang dia temui mayoritas ingin ikut program pengampunan pajak tersebut.
"Kalau dari nasabah mereka mostly sekitar 80-90 persen yang kami temui ingin memanfaatkan momen ini. Karena ini, saya rasa momen sekali saja. Saya rasa banyak nasabah ingin memanfaatkan dari segi deklarasi, repatriasi untuk mengelola kekayaan yang ada," tandas dia. (Amd/Gdn)