Liputan6.com, Palangkaraya - Jumlah hot spot atau titik api akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) meningkat tajam di Kalimantan Tengah (Kalteng). berdasarkan data satelit Terra dan Aqua yang dipantau Posko Karhutla Provinsi Kalteng, jumlah titik api meningkat tajam.
Bahkan pada hari ini jumlahnya mencapai 111 titik api. Angka ini jauh lebih banyak dibanding dua hari lalu yang mencapai 92 titik. "Ada tiga kabupaten yang wilayahnya banyak terdapat titik panas, yakni Lamandau, Kotawaringin Timur, dan Katingan," ucap Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalteng Syahril Tarigan, Kamis (15/9/2016).
Syahril menjelaskan, untuk pemadaman, dua dari empat helikopter yang ada di Kalteng, disiagakan di Bandara Tjilik Riwut, Kota Palangkaraya. Sementara dua heli ditempatkan di Bandara Iskandar, Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat.
Helikopter di Bandara Tjilik Riwut akan memadamkan kebakaran hutan dan lahan di lokasi sekitar Palangkaraya, Pulang Pisau, Kapuas, dan Katingan. Sedangkan dua heli di Bandara Iskandar melakukan pemadaman di Pangkalan Bun, Kabupaten Lamandau, dan Kabupaten Sukamara.
Baca Juga
Advertisement
Sekarang ini kendala yang dihadapi tim darat dari kepolisian adalah lokasi yang terbakar jauh dari akses jalan raya. Padahal, polisi hanya menggunakan mobil water canon yang jangkauannya sangat pendek.
"Itu dari hasil rapat kami dengan pihak polda (kepolisian daerah), hari ini (15/9/2016). Karena itu, kami minta agar helikopter water boombing membantu tim darat melalui udara," Syahril menambahkan.
Sementara itu, Gubernur Kalteng Sugianto Sabran meminta aparat menindak tegas bila ada yang ketahuan membakar lahan gambut.
"Kita minta aparat untuk menangkap pelaku pembakaran lahan gambut. Sebab, dampaknya sangat besar untuk terjadinya asap," ujar sang gubernur saat menerima hibah mobil training unit (MTU) dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
"Saya juga meminta kepada pemerintah pusat agar memberikan solusi bila masyarakat tidak boleh membakar lahan," Gubernur Kalteng menandaskan.
Ribuan Personel Dikerahkan
Lima hari sudah cuaca kering melanda dua provinsi di Kalimantan. Bahkan, di Kalimantan Barat (Kalbar) dan Kalimantan Tengah, tidak ada hujan. Awan potensial pun tidak tumbuh di atmosfer, sehingga hujan buatan tak dapat beroperasi.
"Potensi kemudahan terjadi kebakaran ditinjau dari analisa cuaca di Kalbar dan Kalteng sangat tinggi. Artinya mudah terbakar," ucap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan tertulis yang diterima di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu malam, 14 September 2016.
Sutopo mengungkapkan, ironisnya pembukaan lahan dengan membakar masih marak dilakukan, sehingga hot spot banyak ditemukan. Satelit Terra dan Aqua pada Rabu, 14 September 2016, pukul 17.00 WIB mendeteksi ada 80 hot spot di Kalbar dan 66 titik api di Kalteng.
"Daerah yang dibakar adalah daerah-daerah yang tahun 2015 juga mengalami kebakaran. Di perbatasan Kalbar dan Kalteng banyak ditemukan hot spot," kata Sutopo.
Menurut Sutopo, kebakaran hutan dan lahan yang terus marak berlangsung sejak lima hari terakhir menyebabkan asap menyebar.
"Upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan terus dilakukan hingga saat ini. Sebanyak 2.492 personel gabungan dari TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, Damkar dan MPA melakukan pemadaman di darat di Kalbar. Sedangkan di Kalteng sebanyak 2.363 personel memadamkan di darat," Sutopo menjelaskan.
Lebih lanjut Sutopo mengatakan, untuk operasi udara, BNPB mengerahkan empat heli water bombing dan satu pesawat Casa hujan buatan. Heli jenis Bolcow, Bell 214 dan MI 172 terus memadamkan dari udara. Fokus pemadaman hari ini adalah di area 5-10 mil laut dari Bandara Supadio agar bandara tidak tertutup asap.
"Sedangkan pesawat hujan buatan masih stand by karena tidak ada awan potensial yang dapat disemai menjadi hujan. Di Kalteng, BNPB mengerahkan empat heli water bombing jenis Bell 214B dan Kamov KA32 yang sekali terbang mampu membawa 4.000 liter air," ujar Sutopo.
Sutopo menambahkan, lokasi hot spot yang jauh dan banyak menyebabkan tidak semua lokasi kebakaran dapat dipadamkan dari udara. Sutopo mengeluhkan, sumber air juga jauh dengan lokasi kebakaran, sehingga helikopter tidak mampu bermanuver banyak melakukan water bombing.
"Tim darat juga mengalami kendala yang sama, yaitu terbatasnya sumber air untuk memadamkan. Begitu juga lokasinya sulit dijangkau, sehingga sulit dipadamkan. Ini ditambah pembakaran dengan sengaja masih terus dilakukan sehingga hot spot masih terus banyak ditemukan," Sutopo memungkasi penjelasan seputar pemadaman karhutla di Kalimantan.
Advertisement