Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi akan fokus mengembangkan pertanian di desa-desa daerah perbatasan. Nantinya, jenis pertanian yang akan kembangkan di daerah perbatasan tersebut yaitu pangan organik.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, pangan organik merupakan komoditas ekspor yang sangat diminati oleh negara lain. Salah satu yang bisa dikembangkan di daerah perbatasan ini adalah beras organik dan bawang merah.
Advertisement
"Bawang ini bisa di perbatasan, jaraknya hanya 2 km (dengan negara lain). Dulu beras kita kalah dengan Thailand, Myanmar, Vietnam. Sekarang kita tidak impor lagi, bawang kita sudah ekspor," ujar dia dalam Rapat Koordinasi Kabupaten/Kota Perbatasan 2016 di Kantor Kementan, Jakarta, Jumat (16/9/2016).
Amran mengungkapkan, agar hasil pangan organik ini semakin diminati oleh negara lain, khususnya yang berbatasan dengan Indonesia, perlu adanya pengemasan yang baik. Dengan demikian, harga produk-produk organik ini juga akan semakin tinggi.
"Bawang kita anggarkan dari pusat, kita anggarkan untuk perbatasan, packaging kita bangun supaya cantik. Hitung baik-baik berapa jaraknya kota sasaran, yang terdekat dari Sabang, dari Entikong. Masalah kehutanan (untuk pembukaan lahan pertanian) nanti kami kirim surat ke Kementerian Kehutanan, berapa butuh hutan untuk jadi lumbung padi," kata dia.
Amran ingin tiga desa dan kabupaten fokus mengembangkan produk-produk organik untuk menyasar satu negara. Sebagai contoh, desa dan kabupaten di Kepulauan Riau fokus untuk ekspor ke Singapura atau Malaysia.
"Jadi satu negara bisa dikeroyok oleh 3 kabupaten," tandas dia.