Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan menuju akhir pekan ini. Komentar yang berlawanan dari beberapa pejabat Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) membuat dolar AS melemah.
Mengutip Bloomberg, Jumat (16/8/2016), rupiah dibuka di level 13.145 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.175 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.110 per dolar AS hingga 13.158 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 4,45 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.131 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.190 per dolar AS.
Baca Juga
Advertisement
Dolar AS kembali jatuh pada perdagangan hari ini karena pelaku pasar masih berspekulasi dengan rencana kenaikan suku bunga The Fed.
Dolar AS melemah terhadap beberapa mata uang utama dunia setelah laporan inflasi tidak berubah sedangkan data produksi industri turun. Dengan data tersebut, pelaku pasar melihat bahwa rencana The Fed menaikkan suku bunga bakal terganggu.
"Kami lebih memilih jika The Fed menaikkan suku bunga pada Desember nanti. Tapi tentu saja hal tersebut berpengaruh kepada dolar AS," jelas analis pasar global Brown Brothers Harriman & Co, Win Thin.
Analis Forextime Lukman Otunuga menjelaskan, komentar yang berlawanan dari sejumlah pejabat The Fed tentang jadwal kenaikan suku bunga AS menciptakan ketidakpastian yang membuat Dolar AS rentan melemah.
Optimisme terhadap langkah bank sentral ini pun semakin goyah karena data domestik terkini AS cenderung kurang menggembirakan. Karenanya, ekspektasi bahwa suku bunga AS akan ditingkatkan pada rapat September ini semakin menipis.
"Federal Reserve sepertinya akan mengkaji data ekonomi domestik lebih lanjut sebelum memutuskan peningkatan suku bunga AS di bulan Desember," jelas dia. (Gdn/Nrm)