Liputan6.com, Jakarta - Gerhana terakhir pada tahun 2016 akan terjadi akhir pekan ini, yakni 16-17 September. Tak seperti gerhana yang biasanya menampakkan semburat merah, kali ini satelit Bumi itu justru tampak samar.
Hal tersebut terjadi karena Bulan tak masuk di dalam umbra atau bayang-bayang inti Bumi, melainkan berada di area penumbra. Fenomena itu dikenal dengan Gerhana Bulan Penumbra (GBP).
Advertisement
Berbeda dengan gerhana bulan total, saat GBP, posisi Matahari, Bumi, Bulan tidak benar-benar sejajar, sehingga sebagian area Bulan masih mendapat cahaya Matahari.
"Gerhana bulan penumbra adalah gerhana samar, karena bulan purnama hanya terkena bayangan sekunder. Orang awam sulit mengenalinya, karena purnama hanya sedikit meredup," ujar Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, kepada Liputan6.com.
Dibandingkan dengan dua gerhana lain, yakni parsial dan total, GBP hampir tak terlihat perbedaannya. Akan lebih baik jika fenomena GBP diamati dengan menggunakan teropong atau teleskop agar bisa disaksikan lebih jelas.
"Karena perubahan Bulan akan terlihat samar, maka bagi mereka yang ingin mengamati sebaiknya menggunakan teropong atau teleskop untuk menangkap bayangan Bumi yang biasanya menyelimuti cahaya menyilaukan Bulan," ujar Andrew Fazekas kepada National Geographic.
Seperti dikutip dari Science Alert, Jumat (16/9/2016), gerhana itu akan berlangsung selama 3 jam, 59 menit, dan 16 detik. Fenomena tersebut juga bertepatan dengan Harvest Moon atau Bulan Panen, yakni ketika bulan purnama berada paling dekat dengan equinox September di Bumi Belahan Utara.
Gerhana bulan penumbra dapat disaksikan oleh mereka yang tinggal di Asia, Australia, Afrika, dan Eropa. Sementara penduduk Amerika Utara dan Selatan harus menunggu hingga 2017 untuk melihat gerhana lain.
Seperti dilansir dari situs langitselatan, awal GBP terjadi pada 16 September pukul 23.54 WIB (Waktu Indonesia Barat). Sementara puncak dan akhir GBP berlangsung pada 17 September pukul 01.55 WIB dan 03.53 WIB.